Kontan, 12 November 2021
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) moncer di beberapa bulan pertama tahun ini. Hal ini tercermin misalnya pada rilis kinerja PT PLN (Persero) yang diumumkan pada Kamis (11/11) ini.
Dalam keterangan tertulisnya, PLN menyampaikan telah membukukan pendapatan sebesar Rp 212,8 triliun (unaudited) atau naik 4% dibandingkan realisasi pendapatan periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp 204,7 triliun.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Agung Murdifi mengatakan, pencapaian kinerja positif perseroan ditunjang sejumlah langkah inovasi dan efisiensi yang dijalankan perusahaan melalui program transformasi PLN.
Langkah-langkah ini, kata Agung, mendukung PLN meningkatkan penjualan tenaga listrik dan menjaga Beban Pokok Penyediaan (BPP) tetap stabil.
Di samping itu, faktor eksternal berupa apresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing juga dipercaya turut berperan dalam capaian kinerja positif PLN.
“Sejumlah strategi perseroan untuk meningkatkan penjualan tenaga listrik dan efisiensi operasional terbukti mampu mengerek kinerja perseroan pada triwulan III-2021,” ungkap Agung.
Dampak positif program efisiensi yang dilakukan sejak awal 2020 tercermin pada penurunan BPP PLN. Tercatat, realisasi BPP triwulan III-2021 menurun sebesar 1% atau setara dengan Rp10 per kilo Watt hour (kWh)Â menjadi Rp 1.345 per kWh. Sebelumnya, BPP PLN mencapai sebesar Rp 1.355 per kWh di triwulan-III 2020.
Di sisi lain, program intensifikasi dan ekstensifikasi penjualan yang dilakukan PLN juga dipercaya berperan dalam meningkatkan penjualan energi sebesar 8 juta kWh.
Tak hanya itu, PLN juga mencatat adanya penambahan jumlah pelanggan sebesar 3,6 juta pelanggan sampai dengan akhir September 2021.
Agung meyakini, dengan strategi yang dijalankan, kinerja perseroan bakal semakin membaik hingga akhir tahun, terutama dengan terus membaiknya perekonomian nasional.
“Bagi kami yang terpenting, hadirnya listrik bisa membantu memudahkan seluruh aktivitas masyarakat, meningkatkan kesejahteraan serta membantu menggerakkan perekonomian nasional,” ungkap Agung.
Kinerja mentereng juga dicatatkan oleh BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, atau Mining Industry Indonesia. Sepanjang Januari-September 2021 lalu, holding BUMN pertambangan yang beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero) dan PT Timah Tbk itu membukukan total pendapatan sebesar Rp 63,8 triliun, lebih tinggi 35% dibandingkan realisasi periode sama tahun sebelumnya.
“Tiga kontributor terbesar pendapatan berasal dari komoditas batubara, emas dan timah. Perusahaan mencatat Net Profit Margin sebesar 15,4%, meningkat dibandingkan capaian 9M20 sebesar -3,0%,†terang CEO Grup MIND ID, Orias Petrus Moedak dalam keterangan tertulis (11/11).
Dari pendapatan itu, MIND ID mengantongi laba Bersih Konsolidasian sebesar Rp9,8 triliun. Jika dibandingkan realisasi kinerja periode sama tahun lalu ketika MIND ID  mencatat Rugi Bersih Rp1,4 triliun, realisasi laba bersih konsolidasian MIND ID pada Januari-September 2021 ini meroket hingga 799%.
Saat dihubungi Kontan.co.id, Sekretaris Perusahaan MIND ID Ratih Amri mengatakan bahwa MIND ID akan fokus untuk mendorong tingkat produksi dan penjualan Anggota MIND ID. Selain itu, perusahaan juga akan melakukan optimalisasi sinergi Grup MIND ID, mencapai milestone proyek hilirisasi dan menjaga likuiditas Perusahaan.
“MIND ID terus menempatkan perhatian pada harga komoditas global yang menurut para analis tetap memiliki peluang untuk tumbuh. Namun demikian Perusahaan tetap berupaya menjaga kinerja efisiensi sebagai upaya mitigasi volatilitas harga komoditas agar tetap memiliki daya saing usaha khususnya menutup tahun 2021,†ujar Ratih kepada Kontan.co.id.
Sementara itu, saat tulisan ini dibuat, PT Pertamina (Persero) belum merilis laporan kinerja perusahaan di sembilan bulan pertama tahun ini.
Namun mengintip laporan keuangan interim Pertamina di semester I 2021, perusahaan pelat merah tersebut berhasil membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 182,81 juta di semester I 2021.
Sebagai pembanding, sebelumnya Pertamina membukukan rugi bersih US$ 767,91 juta pada semester I 2020 lalu.
“Kinerja positif pada paruh pertama tahun 2021 ini didorong dari pertumbuhan di sisi penjualan yang mencapai US$ 25 miliar dan EBITDA US$ 3,3 miliar, dimana keduanya naik lebih dari 22% dibandingkan tahun lalu,†terang manajemen dalam rilis tertulis kinerja semester I 2021.
Kepada Kontan.co.id, Pjs. Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa Pertamina akan mengupayakan optimalisasi seluruh resources, melakukan efisiensi dengan tetap memberikan pelayanan prima kepada seluruh masyarakat.
“Yang pasti adalah bahwa Pertamina selaku BUMN Energi tetap menjalankan komitmen nya untuk menyediakan, mendistribusikan dan memberikan pelayanan BBM kepada seluruh masyarakat,†kata Fajriyah saat dihubungi Kontan.co.id.
Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani menilai, kinerja positif BUMN tambang dan energi didorong oleh faktor harga komoditas.
“Peningkatan kinerja BUMN bidang energi dan pertambangan pada tahun 2021 terutama didorong oleh membaiknya harga-harga komoditas sejak akhir 2020, dan pada tahun 2021 bahkan terus meningkat,†ujar Dendi saat dihubungi Kontan.co.id.
Meski begitu, Dendi mengingatkan bahwa BUMN bidang energi dan pertambangan sebaiknya mewaspadai potensi koreksi harga ke depan. Selain itu, perusahaan menurutnya juga harus terus melakukan upaya efisiensi dan terus melakukan inovasi untuk mencari sumber-sumber bisnis baru dan pengembangan usaha ke depan.
“Harga komoditas ke depan kemungkinan besar mengalami koreksi karena harga-harga komoditas tahun 2021 mengalami overshooting dan banyak dipengaruhi motif spekulatif akibat likuiditas yang berlebih akibat program stimulus di banyak negara yang sangat besar untuk mengatasi pandemi Covid-19,†terang Dendi.
Senada, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro juga menilai bahwa faktor peningkatan harga komoditas berperan penting dalam menopang kinerja positif BUMN pertambangan.
Selain itu, terdapat pula faktor pemulihan kondisi ekonomi yang turut menunjang kinerja positif BUMN pertambangan maupun energi.
“Saya melihatnya faktor utama karena mulai pulihnya kondisi ekonomi Mas sejakan mulai terkendalinya pandemi covid-19,†kata Komaidi kepada Kontan.co.id.
Komaidi optimistis, momentum positif ini masih bisa berlanjut sampai tahun depan sejalan dengan aktivitas perekonomian terus kembali ke arah normal. Dalam kondisi yang demikian, Komaidi menilai bahwa BUMN energi perlu menyiapkan stok energi.
“Pemulihan energi pasti disertai dengan meningkatnya konsumsi, jangan sampai terjadi kelangkaan yang berpotensi negatif bagi perekonomian,†terang Komaidi.