Bisnis Indonesia – 13 April 2010
JAKARTA : Manajemen pasokan gas nasional dinilai tidak diupayakan dengan rencana strategis yang konkret dan dapat dioperasionalkan, sehingga memicu terjadinya krisis pasokan di tengah ledakan permintaan konsumen domestik.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan absennya rencana strategis pasokan gas bumi nasional tersebut terjadi untuk jangka pendek maupun panjang. Dia mencontohkan dalam mengatasi krisis gas saat ini pemerintah dan pemangku kebijakan justru belum membuat ketetapan atas sumber-sumber gas yang sudah terbukti, yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk domestik.
Seperti gas Cepu sebanyak 1,2 tcf 1,6 tcf [triliun kaki kubik] dan Tangguh 4 tcf lebih belum jelas. Padahal, seandainya gas Cepu bisa diproduksikan itu bisa untuk mengatasi krisis gas di Jawa karena infrastrukturnya sudah ada. Roadmap dan rencana kebijakan harga dan pengembangan infrastrukturnya juga tidak konkret. Pengembangan gas saat ini lebih banyak terjadi atas inisiatif dan rencana dari KKKS, katanya hari ini.
Kepala BP Migas R. Priyono sebelumnya mengatakan masalah gas nasional sebenarnya tidak semata-mata masalah penyediaan pasokan. Menurut dia, manajemen transportasi gas dan permintaan gas juga menjadi faktor penting untuk menjaga agar pasokan gas nasional terjaga dengan baik.
BP Migas, katanya, tengah mengkaji konsep manajemen pasokan gas Indonesia yang diharapkan tidak ada kendala untuk menerapkan DMO di sejumlah lapangan yang jauh dari pasar domestik, dan keekonomian lapangan marginal bisa diperbaiki dengan adanya alokasi impor .
Di sisi infrastruktur pengangkutan, tuturnya, upaya pengembangan infrastruktur baru seperti LNG receiving facilities perlu dipercepat sehingga LNG dari lapangan-lapangan gas besar dapat digunakan untuk keperluan domestik.
Selain itu, akses terhadap infrastruktur tersebut juga harus dipermudah dengan cara menerapkan tarif yang wajar, tetapi tetap memberikan keuntungan yang cukup ekonomis bagi investor sehingga dapat mendorong pengembangan investasi selanjutnya, jelasnya dalam siaran pers, hari ini.
Di sisi lain, Priyono mengatakan pertumbuhan kebutuhan yang semakin meningkat juga perlu diatur. Jika tidak, katanya, krisis pasokan akan terus terjadi di masa mendatang.
Di berbagai daerah terjadi kekurangan pasokan gas karena adanya demand yang tiba-tiba melonjak, lebih cepat dari pertumbuhan produksi, imbuhnya.(er)