Monday, November 25, 2024
HomeReforminer di Media2015Cadangan Minyak Diupayakan Naik, Komite Selesaikan Masalah di Lapangan

Cadangan Minyak Diupayakan Naik, Komite Selesaikan Masalah di Lapangan

(KOMPAS; Kamis, 07 Mei 2015)

JAKARTA –Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said membentuk Komite Eksplorasi Nasional sebagai upaya meningkatkan cadangan minyak. Tim yang diketuai Andang Bachtiar, anggota Dewan Energi Nasional, ini diharapkan dapat segera menaikkan cadangan minyak dengan menggalakkan eksplorasi.

Sudirman mengatakan, tujuan pembentukan Komite Eksplorasi Nasional sudah jelas, yaitu untuk menaikkan cadangan minyak dan gas bumi di dalam negeri, terutama minyak. Menurut dia, diperkirakan cadangan minyak dalam negeri habis dalam kurun 11-12 tahun mendatang. Cadangan minyak di Indonesia praktis tidak bertambah lantaran rendahnya kegiatan eksplorasi.

“Tentu saja, dalam kurun pemerintahan sekarang, yakni lima tahun, diharapkan ada penambahan cadangan minyak di dalam negeri. Eksplorasi di Indonesia adalah sesuatu yang sudah lama tidak dikerjakan,” kata Sudirman, Selasa (5/5) malam, di Jakarta.

Sudirman menambahkan, selain akan menggalakkan kegiatan eksplorasi di dalam negeri, pemerintah juga akan menata ulang berbagai izin dan aturan main yang tujuannya untuk mempermudah investor sehingga tercipta iklim investasi yang lebih baik. Dengan menata ulang berbagai aturan dan perizinan, katanya, diharapkan hal itu memberikan kepastian dalam hal investasi dan menciptakan transparansi bagi investor.

“Tim ini berisi orang-orang dari berbagai disiplin ilmu yang mempunyai visi sama, yaitu bagaimana kita memperbaiki cadangan yang ada dan bagaimana produksi dapat ditingkatkan. Detail tentang tim ini nanti akan dibicarakan,” ujar Sudirman.

Sementara itu, Andang Bachtiar mengatakan, sebelum pembentukan Komite Eksplorasi Nasional ini, sudah ada tim sejenis di era pemerintahan sebelumnya. Tujuannya sama, yaitu untuk mencari cadangan baru di dalam negeri. Dari tim yang sudah dibentuk sebelumnya itu, katanya, sudah ada daftar hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk menemukan cadangan baru tersebut.

Menurut Andang, kendati pernah ada tim sejenis berikut program kerjanya, tetap saja realisasi di lapangan menjadi buntu. Penyebab kebuntuan itu adalah hal yang sama, seperti terganjal tumpang tindih aturan, baik di tingkat pusat maupun daerah, dan koordinasi yang buruk antar-pemangku kepentingan.

“Daftar masalah sudah ada dari dulu. Akan kami utamakan masalah apa yang paling mendesak untuk diselesaikan,” kata Andang.

Secara terpisah, pengamat energi dari Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, ia mengkhawatirkan pembentukan komite tersebut nasibnya tidak akan jauh berbeda dengan tim yang pernah dibentuk di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di era tersebut, pemerintah membentuk Tim Percepatan Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi.

“Kegiatan eksplorasi memang perlu dinaikkan. Hanya saja, komite ini, kan, tidak punya kewenangan untuk melakukan itu (eksplorasi). Apa mereka juga bisa membantu mempercepat perizinan Meringkas perizinan Kan, tidak juga. Bagaimanapun segala izin tetap harus dilalui,” ucap Pri Agung.

Dengan dibentuknya komite ini, lanjut Pri Agung, pemerintah seolah-olah tidak memberdayakan secara maksimal lembaga resmi yang ada, misalnya Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Apalagi, komite sama sekali tidak mempunyai kewenangan dalam hal pengambilan keputusan.

Dari catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), cadangan minyak di Indonesia tersisa sekitar 3,7 miliar barrel. Cadangan tersebut akan habis dalam kurun 11 tahun apabila diproduksi secara konstan sebanyak 800.000 barrel per hari.

Sedang sakit

Kepala Pengendalian Kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Widyawan Prawiraatmadja mengatakan, saat ini industri hulu sedang sakit. Oleh karena itu harus diperbaiki, baik di sisi teknis maupun dari sisi pemerintahan.

Menurut Widyawan, eksplorasi memegang peranan penting untuk kebutuhan minyak nasional. Saat ini, harga minyak di pasar memang sedang turun cukup jauh, tetapi eksplorasi harus tetap dilakukan.

Selama 30 tahun ini, kata Widyawan, sudah lima kali harga minyak turun hingga di bawah 50 persen. Saat ini, produksi minyak memang sedang melimpah sehingga permintaan turun. Jadi wajar harga turun. Namun, suatu saat harga ini akan kembali merangkak naik hingga ke harga tertinggi. Jika tidak ada yang melakukan eksplorasi, ketersediaan migas terjamin. Jika tidak, harga akan tidak bisa terkendali karena tidak ada ketersediaan.

“Memang saat ini ada beberapa tempat yang tidak murah lagi biaya eksplorasinya. Untuk yang seperti ini, ya, eksplorasinya ditahan dulu. Namun, masih banyak ladang-ladang eksplorasi yang biayanya masih di bawah harga minyak di pasaran,” ujar Widyawan.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments