Saturday, September 21, 2024
HomeStudiPenurunan Harga Minyak dan Cost Recovery Nasional

Penurunan Harga Minyak dan Cost Recovery Nasional

Penurunan harga minyak sejak semester kedua 2014 dan berlangsung hingga saat ini, diproyeksikan akan menurunkan investasi eksplorasi dan produksi migas sekitar 20,3 % pada tahun 2016.Dari pantauan ReforMiner respon pemerintah Indonesia untuk hal tersebut adalah mendorong KKKS untuk melakukan efisiensi pengeluaran modal (capital expenditure) dan pengeluaran operasional (operational expenditure).Pemerintah juga mendorong KKKS untuk mengevaluasi ulang proyek-proyek yang keekonomiannya terpengaruh oleh harga minyak.

ReforMiner menilai struktur dan besaran cost recovery migas Indonesia akan menentukan bagaimana keberlanjutan industri hulu migas Indonesia pada kondisi harga minyak yang rendah.Berdasarkan informasi yang dihimpun, besaran cost recovery minyak bumi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir berkisar antara 24 USD – 32 USD per barel. Data yang ada juga menunjukkan bahwa rata-rata besaran cost recovery Indonesia masih lebih rendah dibandingkan realisasi harga minyak dunia pada periode yang sama.

Untuk cost recovery gas, tercatat lebih fluktuatif dibandingkan minyak. Selama empat tahun terakhir,cost recovery gas per MSCF tercatat mengalami dua kali peningkatan yaitu pada periode 2012 dan periode 2014.Pada tahun 2015 rata-rata cost recovery gas Indonesia adalah sekitar 2,25 USD per MSCF. Meski tercatat lebih fluktuatif dibandingkan minyak, rata-rata cost recovery gas Indonesia juga tercatat lebih rendah dibandingkan harga gas alam dipasar internasional

Berdasarkan penelusuran ReforMiner, terdapat beberapa KKKS yang memiliki besaran cost recovery diatas rata-rata cost recovery nasional dan di atas realisasi harga minyak dunia. Berdasarkan data,untuk tahun 2015 terdapat sekitar 16% KKKS yang memiliki besaran cost recovery berada pada kisaran atau lebih tinggi dari realisasi harga minyak dunia.Sementara untuk gas, terdapat sekitar 34% KKKS yang memiliki besaran cost recovery lebih besar dari harga gas dunia, khususnya harga gas dikawasan Amerika.

Meski sekitar 16 % dan 34 % KKKS tersebut memiliki cost recovery lebih besar dari realisasi harga minyak dan harga gas di pasar internasional, pencermatan ReforMiner menemukan sejumlah KKKS tersebut masih mampu bertahan sampai saat ini. Hal tersebut dikarenakan biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh sejumlah KKKS tersebut masih lebih rendah dari harga output (minyak dan gas) yang mereka produksikan. Untuk tahun 2015 porsi biaya variabel yang dikeluarkan oleh KKKS yang beroperasi di Indonesia untuk memproduksikan minyak dan gas adalah sekitar 35 -50 % dari total cost recovery.

Berdasarkan Profil cost recovery ersebut, ReforMiner memproyeksikan industri hulu migas di Indoneisa- termasuk KKKS yang memiliki cost recovery yang lebih tinggi dari harga minyaj dan gas-, masih akan tetap dapat bertahan meskipun harga minyak terus menurun,bahkan ketika harga minyak menyentuh kisaran 25-30 USD per barel.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments