Saturday, November 23, 2024
HomeReforminer di MediaArtikel Tahun 2016Saat Harga Minyak Lewati Batas Kritis

Saat Harga Minyak Lewati Batas Kritis

Komaidi Notonegoro
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute
Jawapos.com:Selasa, 31 Mei 2016

SEJAK terjadi penurunan harga minyak mulai pertengahan 2014, prospek investasi di sektor minyak dan gas (migas) merosot signifikan. Sejumlah lembaga rating memberikan peringkat terakhir terhadap iklim investasi di sektor migas.

Harga saham dan surat utang yang diterbitkan sejumlah perusahaan migas juga menurun cukup tajam. Dampak dari penurunan harga minyak masih berlangsung sampai saat ini, termasuk bagi kegiatan usaha hulu migas di Indonesia.

Hal tersebut, salah satunya, tecermin dari lelang wilayah kerja (WK) migas yang masih sepi peminat. Sampai dengan batas akhir pemasukan lelang penawaran langsung, tidak ada peserta lelang pada dua wilayah kerja yang ditawarkan pemerintah, yaitu WK West Berau (offshore Papua Barat) dan WK Southwest Bengara (daratan Kalimantan Timur).

Sementara itu, lelang reguler terhadap wilayah kerja Rupat Labuhan (offshore Riau dan Sumatera Utara), Nibung (onshore Riau dan Jambi), West Asri (offshore Lampung), Oti (offshore Kalimantan Timur), North Adang (offshore Kalimantan Timur), dan Kasuri II (onshore Papua) juga sepi peminat. Sampai dengan batas akhir pemasukan dokumen partisipasi, hanya ada dua perusahaan yang memasukkan dokumen yaitu, Azipac Limited untuk Blok Oti dan PT Agra Energi Indonesia untuk Blok Kasuri II.

Tetapi, dua peserta lelang tersebut menyampaikan penawaran di bawah minimum yang dipersyaratkan sehingga untuk dua blok tersebut juga tidak ada pemenang. Kami menilai tren harga minyak rendah pada dasarnya telah melewati batas kritisnya.

Proyeksi IMF yang menyebutkan bahwa harga minyak pada 2016 akan berada pada 5-15 USD per barel sangat mungkin tidak akan terjadi. Berdasar sejumlah faktor penentunya, peluang harga minyak menyentuh level dan bertahan di kisaran 50 USD per barel di paro kedua 2016 ini cukup terbuka.

Perekonomian global yang merupakan salah satu faktor fundamental penentu pergerakan harga minyak telah menunjukkan perbaikan. Pada 2016 ekonomi global diproyeksikan akan tumbuh sekitar 3,1 persen, lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2015 yang 2,9 persen.

Sejumlah negara OECD seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara di Eropa telah menunjukkan perbaikan kinerja ekonomi selama semester pertama 2016. Kawasan Eropa tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari 1,5 persen pada 2015 menjadi 1,6 persen pada 2016 ini.

Tiongkok dan India yang merupakan salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi global juga diproyeksikan akan tetap berada pada tren positif. Pada 2016 pertumbuhan ekonomi Tiongkok diproyeksikan sebesar 6,5 persen.

Sedangkan India diproyeksikan tumbuh 7,5 persen, lebih tinggi dari 2016 yang 7,3 persen. Brasil dan Rusia diproyeksikan masih tetap mengalami resesi, tapi telah berada pada tahap yang menuju pemulihan.

Sisi permintaan juga berpeluang mendorong harga minyak pada 2016 akan lebih baik daripada tahun sebelumnya. Permintaan minyak diprediksi meningkat 1,2 juta barel per hari.

Konsumsi minyak dunia diproyeksikan meningkat dari 92,98 juta barel per hari pada 2015 menjadi 94,18 juta barel pada 2016. Tiongkok dan India diproyeksikan menjadi dua negara dengan peningkatan konsumsi minyak terbesar pada 2016.

Konsumsi Tiongkok diproyeksikan meningkat 280 ribu barel per hari. Sedangkan konsumsi India diproyeksikan bertambah 230 ribu barel per hari.

Selain faktor permintaan, kondisi penawaran minyak dunia berpotensi mendorong harga minyak bergerak pada level yang lebih tinggi. Kesediaan para produsen minyak utama, baik dari OPEC maupun non-OPEC, untuk mengurangi kuota produksi mereka secara bertahap akan mendorong harga minyak pada level yang lebih baik.

Pengurangan aktivitas rig di sejumlah kawasan, baik untuk kegiatan eksplorasi maupun eksploitasi migas, mengindikasikan sejumlah produsen telah bersedia untuk mengurangi kuota produksi mereka. Selama kurun April 2016, tercatat terdapat pengurangan aktivitas pengoperasian rig sebanyak 127 unit bila dibandingkan dengan Maret 2016.

Pada Maret 2016, jumlah rig yang beroperasi di seluruh dunia tercatat 1.607 unit. Sedangkan pada April 2016 turun menjadi 1.480 unit. Dari jumlah pengurangan unit rig yang beroperasi tersebut, 114 rig milik non-OPEC dan 13 rig dioperasikan atau dimiliki OPEC.

Untuk non-OPEC, pengurangan aktivitas rig terbesar berasal dari kawasan Amerika, yaitu 92rig. Amerika Serikat dan Kanada tercatat sebagai kontributor pengurangan terbesar, yaitu masing-masing 41 unit dan 47 unit.

Secara keseluruhan, penawaran minyak dunia pada 2016 diproyeksikan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penawaran minyak dari non-OPEC yang pada tahun 2015 tercatat sebesar 57,1 juta barel per hari diproyeksikan turun menjadi 56,4 juta barel per hari pada 2016.

Penawaran akan semakin turun jika OPEC juga bersedia menurunkan kuota mereka yang dalam beberapa tahun terakhir berada pada kisaran 31-32 juta barel per hari. Berdasar kondisi dan perkembangan yang ada, ReforMiner memproyeksikan pada 2016 ini mungkin menjadi titik balik bagi perbaikan harga minyak dunia. Tetapi, dalam hal ini, pemulihan harga minyak jika tidak terjadi sesuatu hal yang istimewa akan berlangsung secara bertahap sejalan dengan pemulihan ekonomi dunia.

Pergerakan harga minyak mungkin tidak akan secepat tahun-tahun sebelumnya. Penyebabnya, antara lain, ada produk substitusi minyak, yaitu LNG, yang dalam kurun 2-3 tahun ke depan mungkin membanjiri pasar.

Pergerakan harga minyak yang masih berada pada level rendah pada dasarnya hanya masalah siklus. Dalam hal ini, prospek bisnis energi fosil, terutama migas, dalam beberapa tahun ke depan mungkin kembali meningkat dan menjadi pilihan utama para investor

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments