Keberadaan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) memegang peranan strategis dalam struktur perekonomian nasional. Hal tersebut diantaranya tercermin melalui penciptaan nilai tambah ekonomi yang dihasilkannya. Hasil perhitungan ReforMiner (2025) juga menemukan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, penciptaan nilai tambah ekonomi yang dihasilkan oleh sektor hulu migas menunjukkan tren peningkatan.
Dalam struktur Input-Output (IO) Indonesia, sektor hulu migas memiliki keterkaitan yang kuat dengan berbagai sektor lain, baik sebagai penerima Input (backward linkage) maupun penyedia Output (forward linkage). Analisis terhadap data IO tahun 2010 dan 2016 menunjukkan adanya peningkatan jumlah total sektor memiliki keterkaitan dengan sektor hulu migas.
Pada basis IO 2010, sektor hulu minyak bumi tercatat memiliki keterkaitan dengan 93 sektor, yang terdiri dari 69 sektor sebagai pemberi Input dan 24 sektor sebagai pengguna Output. Adapun sektor hulu gas bumi memiliki keterkaitan dengan 104 sektor yang terdiri dari 71 sektor sebagai pemberi Input dan 33 sebagai pengguna Output. Sementara itu, pada basis IO 2016, jumlah sektor yang berkaitan dengan hulu minyak bumi meningkat menjadi 96 sektor yang terdiri atas 79 sektor sebagai pemberi Input dan 17 sebagai pengguna Output. Sedangkan untuk sektor hulu gas bumi, jumlah sektor yang memiliki keterkaitan juga meningkat menjadi 113 sektor, dengan rincian 83 sebagai pemberi Input dan 30 sebagai pengguna Output.
Nilai indeks keterkaitan total dari sektor hulu migas juga tergolong tinggi. Berdasarkan perhitungan menggunakan basis IO 2010 nilai indeks keterkaitan total dari untuk sektor hulu minyak adalah 3,8801 dan sektor gas bumi adalah 3,1256. Sementara pada basis IO 2016, nilai indeks keterkaitan total dari untuk sektor hulu minyak adalah 4,0826 dan untuk sektor hulu gas adalah 3,3940. Dalam metode analisis Input-Output, sektor dengan indeks keterkaitan di atas 1 dapat diartikan memiliki daya dorong atau daya dukung yang kuat terhadap perkembangan sektor-sektor terkait.
Sejalan dengan itu, nilai indeks multiplier total dari sektor hulu migas juga menunjukkan angka yang cukup tinggi. Hasil perhitungan berdasarkan data Input-Output (IO) tahun 2010 dan 2016 juga menunjukkan adanya peningkatan nilai indeks multiplier total pada sektor hulu migas. Untuk sektor hulu minyak, indeks multiplier effect meningkat dari 6,1855 (IO 2010) menjadi 7,8943 (IO 2016), sedangkan untuk sektor hulu gas meningkat dari 4,9828 (IO 2010) menjadi 6,5630 (2016). Temuan ini mengindikasikan bahwa bahwa sektor hulu migas, baik minyak maupun gas bumi, tidak hanya berkontribusi secara langsung melalui aktivitas sektoralnya, tetapi juga memberikan efek pengganda ekonomi yang besar terhadap berbagai sektor lain dalam perekonomian nasional. Kenaikan indeks multiplier effect tersebut juga mencerminkan bahwa selama satu dekade terakhir, investasi di sektor hulu migas cenderung menghasilkan nilai tambah ekonomi yang semakin besar.
Hasil perhitungan ReforMiner berdasarkan basis data IO 2010 dan IO 2016 menunjukkan adanya perubahan dalam struktur Input dan alokasi Output dari sektor hulu migas. Pada basis IO 2010, sektor-sektor yang memiliki porsi besar terhadap Input sektor hulu minyak antara lain adalah Gas Bumi dan Panas Bumi (20,50%) dan Minyak Bumi (18,12%). Sedangkan pada sektor hulu gas, porsi Input terbesar berasal dari Gas Bumi dan Panas Bumi (58,69%) dan Jasa Pertambangan Minyak dan Gas Alam (8,02%).
Pada IO 2016, porsi Input terbesar untuk sektor hulu minyak berasal dari Jasa Pertambangan Minyak dan Gas Alam (24,34%) dan Jasa Persewaan dan Jasa Penunjang Usaha (7,18%). Sementara itu, porsi Input terbesar untuk sektor hulu gas adalah Gas Bumi dan Panas Bumi (24,73%) dan Jasa Pertambangan Minyak dan Gas Alam (18,44%).
Sementara dari sisi Output, pada basis IO 2010, Output dari sektor hulu minyak bumi sebagian besar dialokasikan untuk sektor Barang-barang Hasil Kilang Minyak dan Gas Bumi (68,96%), sektor Kimia Dasar Kecuali Pupuk (8,98%) dan Batu Bara dan Lignit (7,33%). Sedangkan untuk sektor hulu gas bumi, alokasi Output terbesar adalah untuk Barang-barang Hasil Kilang Minyak dan Gas Bumi (48,77%), Listrik (10,38%), Minyak Bumi (9,98%).
Pada tahun 2016, porsi Output terbesar dari sektor hulu minyak bumi adalah Barang-barang Hasil Kilang Minyak dan Gas Bumi (74,57%) dan Kimia Dasar Kecuali Pupuk (21%). Sedangkan untuk sektor hulu gas bumi, porsi Output terbesar adalah untuk sektor Listrik (34,25%) dan barang Hasil Kilang Minyak dan Gas Bumi (28,75%), serta Pupuk (8,19%).
Berdasarkan data dan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan investasi, khususnya di sektor hulu migas, dapat menciptakan multiplier effect yang signifikan. Efek pengganda ini berarti bahwa investasi tersebut tidak hanya berdampak pada sektor hulu migas itu sendiri, tetapi juga pada sektor-sektor lain dalam struktur perekonomi nasional.