(INILAHCOM,Senin, 22 Juni 2015)
JAKARTA– Blok Mahakam sejak lama jadi incaran dan konflik kepentingan banyak pihak. Kini pemerintah sudah mempercayakan 70% saham di blok gas Mahakam, Kalimantan Timur, kepada Pertamina dan Pemda Kalimantan Timur.
Masuk akal kalau Indonesian Resources Studies (IRESS) kemarin menuntut Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertanggung jawab terhadap hasil keputusan komposisi participating interest (PI) Blok Mahakam. Jokowi harus menyadari bahwa kondisi migas nasional sekitar 80% dikuasai asing.
Cadangan (gabungan cadangan terbukti dan cadangan potensial atau dikenal dengan istilah 2P) awal yang ditemukan di blok itu sebesar 1,68 miliar barel minyak dan gas bumi sebesar 21,2 triliun kaki kubik (TCF). Dari penemuan itu, maka blok tersebut mulai diproduksikan dari lapangan Bekapai pada 1974 dan pengurasan secara besar-besaran cadangan tersebut di masa lalu membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia pada 1980-2000.
Kini, setelah pengurasan selama 40 tahun, sisa cadangan 2P minyak saat ini sebesar 185 juta barel dan cadangan 2P gas sebesar 5,7 TCF. Pada akhir masa kontrak tahun 2017 diperkirakan masih menyisakan cadangan 2P minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan 2P gas sebanyak 3,8 TCF pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut diperkirakan sisa cadangan terbukti (P1) gas kurang dari 2 TCF.
Dengan penyerahan Blok Mahakam ke Pertamina, anak-anak bangsa ini bisa mengembangkan potensi sumber daya itu dengan sumber daya manusia dan teknologi yang ada. Namun mengelola Blok Mahakam, ladang gas terbesar di Indonesia ini, bukan hal mudah, dan butuh investasi besar. Pertamina sendiri siap dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya bersyukur kalau diberi kepercayaan mengelola blok gas terbesar tersebut. Dia berharap ditemukan cadangan-cadangan migas baru di blok tersebut.
“Kami perkirakan investasi tersebut US$ 2,5 miliar (Rp32 triliun) per tahun. Yang kurang lebih perhitungan cadangan bisa berlangsung sampai dengan kontrak habis 20 tahun yang akan datang,” jelas Dwi di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/6/2015).
Seperti diketahui, kontrak Blok Mahakam saat ini dipegang oleh Total E&P Indonesie dan Inpex. Kontrak ini akan habis 2017. Pemerintah menetapkan Pertamina dan Pemda Kaltim mendapatkan 70% saham, sisanya untuk Total dan Inpex.
Karyawan yang selama ini bekerja di Blok Mahakam kemungkinan akan direkrut menjadi karyawan Pertamina, bila mereka bersedia. Pembagian saham ini sudah sepengetahuan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Blok Mahakam ini pertama kali digarap sejak 1966. Pada 1997, kontrak Total di Mahakam diperpanjang hingga 2017. Total pernah mengajukan perpanjangan lagi pada 2008. Namun, Pertamina mengajukan minatnya mengelola blok gas terbesar tersebut. Akhirnya diperolehkan hasil seperti sekarang. Bahwa surat dari pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menegaskan pada 2018 operator dialihkan ke Pertamina.
Sumber daya alam kian langka, sementara banyak pihak mengincarnya. Pemerintah telah memberikan hak pengelolaan Blok Mahakam kepada PT Pertamina (Persero). Hak pengelolaan ini berlaku pada 2017 setelah kontrak dengan Total E&P Indonesie berakhir. Meski demikian, Pertamina dapat bekerja sama dengan Total E&P Indonesie.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi (ReforMiner Institute) Pri Agung Rakhmanto mengatakan, penyerahan Blok Mahakam kepada PT Pertamina merupakan hal positif. Sangat bagus. Dengan begitu ada kepastian. Namun, hal ini harus cepat dilaksanakan.
Pertamina musti melakukan maintain (menjaga) terhadap posisi reservoir dan cadangan di Blok Mahakam, Kalimantan Timur.
“Ini penting bagi negara, yakni keberlangsungan produksi. Karenanya, posisi reservoir dan cadangan harus dimaintain sebaik-baiknya. Ini sangat ditentukan oleh proses transisi, sampai masuknya 2018,” kata Dwi.
Selain itu, Plan of Development (POD) yang akan berlangsung pada 2016 dan 2017 harus dilaksanakan dengan baik, agar tidak berpengaruh ke nilai cadangan. Dalam hal ini, penting sekali Pertamina melihat keterlibatan dari eksisting operator. Dan pentingnya peranan eksisting operator seperti Total dan Inpex sangat membantu dalam mendudukkan gambaran untuk mengelola Blok Mahakam.
Masyarakat mendambakan agar kekayaan alam jadi berkah, bukan kutukan dan kekerasan. Dengan penyerahan Blok Mahakam ke Pertamina, maka ini berkah, bukan kutukan dan polemik pengelolaan Blok Kaya Migas Blok Mahakam itu berakhir sudah. Dengan mengelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur, Pertamina diharapkan mampu meningkatkan produksi minyak nasional, sehingga pendapatan dan cadangan minyak dan gas bumi (migas) akan naik.