Katadata.co.id; 11 Desember 2024
Kementerian Energi dan Sumber Daya Energi sedang menggodok model bisnis yang cocok untuk meningkatkan cadangan energi nasional.
Ini penting karena cadangan energi di dalam negeri hanya mampu bertahan sekitar 20 hari. Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan. model bisnis tersebut penting agar cadangan energi tidak menjadi aset pasif.
Menurutnya, cadangan energi nasional saat ini setara dengan Rp 70 triliun. “Kami sedang menggodok agar cadangan energi tersebut tidak menjadi stok pasti, namun menjadi stok yang secara mekanisme bisnis bisa menarik,” kata Dadan dalam Indonesia Policy Dialogue Katadata, Rabu (11/12).
RefoMiner Institute mencatat,cadangan energi Indonesia tergolong kecil dibandingkan negara lain seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, dan India yang mampu menahan kebutuhan lebih dari tiga bulan.
Sementara itu, cadangan energi di Eropa dan Amerika Serikat dapat menopang kegiatan masyarakatnya di atas enam bulan. Selain membuat model bisnis baru, Dadan menyampaikan pemerintah akan menggenjot produksi migas di dalam negeri melalui investasi asing.
Setidaknya telah ada dua strategi peningkatan produksi melalui investasi, yakni pengembangan kegiatan Pertamina di luar negeri dan fleksibilitas kontrak dengan perusahaan migas.
Dadan menjelaskan, pemerintah saat ini melirik pengembangan migas di benua Afrika, seperti Afrika Selatan dan Aljazair. Sebab, Dadan mengatakan produksi migas di kedua negara tersebut dapat menjadi hak milik perusahaan migas melalui skema bagi hasil.
Ia mengaku pemerintah saat ini sedang mencari cara mengirimkan hasil galian migas tersebut ke dalam negeri. Pada saat yang sama, Dadan mengatakan pemerintah membuat Indonesia menjadi lokasi investasi migas yang menarik. Salah satu strategi yang dilakukan adalah meningkatkan persentase bagi hasil dari 15% kepada perusahaan migas menjadi 50%.
Selain itu, Dadan berkomitmen akan menjaga tingkat imbal balik investasi atau IRR di sektor migas antara 13% sampai 17%. Menurutnya, langkah tersebut akan meminimalisasi keraguan investor untuk melakukan produksi di dalam negeri.
Terakhir, ia mengatakan pemerintah telah membuat kontrak produksi migas dengan para perusahaan migas menjadi fleksibel. Dengan demikian, perusahaan dapat memilih bentuk imbal investasi antara peningkatan harga jual atau bagi hasil.
“Jadi, lewat jalan manapun, investasi migas di dalam negeri harus menarik. Ini yang kami tawarkan ke perusahaan migas agar produksi makin berjalan,” ujarnya. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan langkah yang dilakukan Kementerian ESDM belum cukup untuk menggenjot investasi sektor migas.
Sebab, keputusan terkait sektor migas saat ini melibatkan 17 kementerian lain selain Kementerian ESDM. Komaidi menilai sektor migas di dalam negeri seolah-olah terlihat tidak menarik atau masuk fase sunset industry. Di sisi lain, Komaidi menemukan tren investasi di sektor migas justru meningkat sepanjang tahun ini. Menurutnya, cadangan minyak global kini telah mencapai 1.600 miliar barel.
Selain itu, Komaidi meramalkan Amerika Serikat belum akan mengurangi produksi migas dalam waktu dekat dengan penunjukkan Pendiri Liberty Energy Chris Wright sebagai Menteri Energi Amerika Serikat.