Monday, November 25, 2024
HomeReforminer di Media2021Cadangan minyak bertambah 114,4 juta barel, apa artinya?

Cadangan minyak bertambah 114,4 juta barel, apa artinya?

Lokadata.id, 9 Juni 2021

Indonesia berhasil menambah cadangan minyak. Meskipun jumlahnya tidak terlalu besar, penambahan tersebut paling tidak bisa menahan laju penurunan cadangan minyak dalam beberapa tahun terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, gap antara produksi minyak Indonesia dan konsumsi bahan bakar minyak makin lebar.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyetujui 12 Rencana Pengembangan (Plan of Development/ PoD) yang diajukan produsen migas atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode Januari-Mei 2021.

Dengan 12 proyek ini ini, cadangan terbukti minyak dan gas bumi (migas) nasional bertambah 114,4 juta barel setara minyak (Million Barrels of Oil Equivalent/MMBOE). Tambahan cadangan migas tersebut menghasilkan rencana investasi sebesar AS$1,34 miliar atau setara sekitar Rp19,3 triliun dengan asumsi kurs Rp14.400 per dolar.

Deputi Operasi SKK Migas merangkap Plt Deputi Perencanaan SKK Migas, Julius Wiratno mengatakan penambahan cadangan dari 12 PoD ini lebih besar dari perkiraan awal. Pada saat perencanaan, dari 12 PoD tersebut cadangan minyak diperkirakan bertambah 7,4 persen dari target penambahan cadangan 2021.

SKK Migas menetapkan target tambahan cadangan minyak sebesar 625 juta barel setara minyak (BOE). “Tetapi bersyukur ternyata hasil evaluasi menunjukkan ada penambahan cadangan sebesar 114,4 juta boe atau sekitar 18,31 persen dari target 2021,” kata Julius dalam keterangannya.

Di antara 12 proyek migas yang mendorong peningkatan cadangan tersebut adalah lapangan PoD Suko Barat yang diajukan oleh Pertamina EP, lapangan PoD Belato diajukan oleh Sele Raya Merangin Dua, dan lapangan OPL Melibur diajukan oleh EMP Malacca Strait.

Penambahan cadangan, apa artinya?

Menurut Pengamat energi dari Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto penambahan cadangan tersebut tentu positif. Tapi, kata peraih gelar Master of Science dari Colorado School Mines Amerika Serikat di bidang Ekonomi Energi dan Sumberdaya Mineral ini, tambahan cadangan 114,4 juta MMBOE dalam skala nasional tidak terlalu besar.

“Dengan target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari, angka tersebut terhitung tidak besar. Jika diasumsikan produksi 12 PoD itu untuk menggenapi target 1 juta barel, angkanya harus sekitar 315 ribu barel per hari. Kalau produksinya sebesar itu, cadangan tersebut akan habis dalam 1 tahun saja,” katanya kepada Lokadata.id, Selasa (8/6/2021).

Sarjana Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung ini menambahkan, tentu saja produksi 12 PoD tersebut tidak akan langsung 325 ribu barel per hari. “Jadi ya tidak akan habis juga dalam periode 1 tahun, tetapi tergantung pada berapa nanti tambahan produksinya per hari yang akan didapatkan dari skenario PoD tersebut,” katanya.

Pada intinya, Pri mengatakan untuk 12 PoD, angka itu bukan termasuk skala lapangan yang besar. “Atau bahkan giant sekelas Blok Cepu misalnya, tetapi berapa pun itu adalah hal yang positif dan kita perlukan untuk bisa menahan laju penurunan produksi.”

Sepanjang 2021, SKK Migas menargetkan memproses 40 PoD dengan perkiraan tambahan cadangan lebih besar dari 625 juta BOE. SKK Migas mengklaim jika target 2021 tercapai, maka selama 4 tahun berturut-turut Indonesia berhasil mendapatkan penambahan cadangan lebih tinggi dari yang diproduksikan pada tahun tersebut.

Hal itu biasanya disebut Reserve Replacement Ratio-nya (RRR) lebih dari 100 persen. Pada 2020 misalnya, RRR berada di angka 101,6 persen dengan penambahan cadangan sebesar 705,16 MMBOE. Adapun pada 2019, RRR Indonesia mencapai 354 persen atau setara 2.634 MMBOE, dan di 2018 mencapai 106 persen atau setara 831 MMBOE.

Untuk mengejar target, SKK Migas sedang menyelesaikan pembahasan PoD yang dijadwalkan selesai tahun ini. Namun, Julius Wiratno dari SKK Migas mengatakan, ada beberapa PoD yang membutuhkan insentif untuk membantu keekonomian di lapangan. “Kami sedang bahas di Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan,” kata dia.

Evaluasi PoD yang tidak membutuhkan insentif diharapkan selesai di Oktober 2021. Sedangkan, evaluasi PoD yang membutuhkan insentif membutuhkan pembahasan terlebih dahulu dan diharapkan bisa selesai November 2021. Pemerintah, misalnya sudah menyetujui insentif PoD untuk wilayah kerja Mahakam.

Upaya meningkatkan cadangan migas ini dimaksudkan untuk mengurangi impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM). Sebagai gambaran, konsumsi BBM saat ini sudah mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari, sementara, produksi minyak mentah nasional hanya 700 ribu barel per hari.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi minyak bumi menunjukkan penurunan sejak 2016 hingga kuartal III/2020. Per kuartal III/2020 realisasi produksi minyak bumi mencapai 706 ribu barel per hari. Lebih rendah dibandingkan realisasi produksi pada 2019 yang sebesar 746 ribu barel per hari.

Selisih yang masih besar itu, kata Julius Wiratno, membutuhkan tambahan produksi migas nasional yang lebih tinggi, agar defisit kebutuhan migas dapat diturunkan. “Sehingga, kita bisa mengurangi impor minyak mentah. Dengan insentif itu, kita berharap produksi migas dapat ditingkatkan dan RRR tercapai tinggi.”

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments