(Sindonews.com,31 Januari 2017)
JAKARTA – Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro meyakini investasi sektor hulu migas tahun ini akan lebih baik daripada tahun 2017. Optimisme ini disebabkan kenaikan harga minyak dunia seiring pemangkasan produksi OPEC meski belum atraktif. Pihaknya memprediksi harga rata-rata minyak dunia berkisar antara USD55-60 barel hingga akhir tahun 2017.
Menurutnya membaiknya investasi hulu migas ditandai dengan akan dimulainya proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) milik perusahaan Amerika Serikat Chevron Pasific Indonesia dan beberapa proyek hulu migas mili PT Pertamina (Persero). Sementara untuk di luar negeri, proyek pengembangan hulu migas sudah mulai membaik di Amerika Serikat dan Eropa Timur.
Kondisinya memang belum atraktif tapi kalau dilihat memang akan lebih baik dari tahun kemarin. Proyek-proyek di Amerika dan Eropa Timur mulai sudah banyak yang dikerjakan, baik proyek lama maupun baru, kata dia kepada SINDO di Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Dia mengatakan dengan naiknya harga minyak dunia dan membaiknya investasi di sektor hulu migas, dipastikan dana bagi hasil migas juga akan ikut naik. Meski begitu kenaikan DBH migas tidak setinggi di saat harga minyak mencapai level USD100 barel.
Dia melanjutkan, terdapat dua variabel yang mempengaruhi DBH migas, yaitu harga minyak dan volume produksi. Jika kombinasi ini menurun semua maka DBH migas juga akan relatif kecil. Tapi kalau harga minyak naik maka tahun ini akan lebih baik dibanding tahun lalu.