Liputan6.com ;10 Desember 2019
Liputan6.com, Jakarta Gas bumi termasuk salah satu sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dengan banyak manfaat nilai tambah. Komoditas energi ini pun dinilai harus menjadi aset nasional yang kemudian menggerakkan ekonomi nasional.
Direktur Eksekutif RefoMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, gas bumi seharusnya tidak lagi semata andalan ekspor untuk memenuhi sumber devisa bagi negara. Sudah saatnya gas bumi menjadi penggerak perekonomian nasional, terutama jika digunakan di dalam negeri.
Adapun nilai tambah dan manfaat dari penggunaan gas bumi beragam. Mulai dari harga yang lebih murah dibanding Bahan Bakar Minyak (BBM), lebih bersih dan lebih efisien.
Pemerintah pun selama ini sudah ikut mendukung dengan terus menambah alokasinya ke dalam negeri.
“Kalau dijual dapat devisa saja, kalau dialokasikan di dalam negeri ekonomi bisa bergerak,” kata Komaidi, saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Komaidi mengakui jika beberapa waktu lalu gas banyak diekspor ke negara lain. Pemicunya, infrastruktur penyalur gas yang belum siap. Namun saat ini kondisi telah berubah, pembangunan infrastruktur telah masif dilakukan sehingga gas bumi bisa optimal dimanfaatkan konsumen di dalam negeri.
‎”Kalau dulu latar belakang dijual karena domestik belum mampu banyak menyerap, sekarang infrastruktur mulai masif terbangun, terkoneksi, gas bisa dimanfatakan,” tutur dia.‎
Adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang selama ini menjadi penyalur gas di Indonesia. Sebagai sub holding gas, perusahaan telah membuat berbagai rencana pembangunan agar penyerapan gas di dalam negeri semakin optimal.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan, untuk meratakan pasokan gas di Indonesia PGN akan membangun sejumlah infrastruktur penyaluran gas ke berbagai konsumen di dalam negeri.
“Membangun infrastruktur gas untuk penyaluran gas ke pelanggan industri, komersial, pembang‎kitan, transportasi, dan rumah tangga,” papar dia kepada Liputan6.com.
Hingga saat ini, sebagai subholding gas bumi, PGN telah membangun jaringan gas hingga lebih dari 10 ribu kilometer (km). Panjang pipa gas PGN ini hampir dua sampai empat kali lipat dibandingkan jaringan gas di wilayah Asia Tenggara.
Selain itu, PGN juga mengoperasikan 2 Floating Storage Regasification Unit (FSRU), 1 land-based regasification terminal, 64 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan 4 Mobile Refueling Unit (MRU).
Pengembangan infrastruktur gas bumi akan diarahkan untuk mendukung program pemerintah, khususnya di bidang industri untuk menunjang pengembangan kawasan-kawasan industri sesuai dengan rencana nasional.
Sesuai rencana kerja PGN hingga 2024, perusahaan akan membangun sejumlah infrastruktur baru di antaranya jaringan pipa transmisi dan distribusi masing-masing sepanjang 528 km dan 500 km.
Kemudian 7 LNG filling station untuk truk atau kapal, 5 FSRU, 3,59 juta sambungan rumah tangga dan 17 fasilitas LNG untuk menyuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangkau wilayah geografis dengan karakteristik kepulauan di seluruh Indonesia.