Wednesday, December 4, 2024
HomeReforminer di Media2022Harga Minyak Dunia Turun, Disparitas Harga BBM Subsidi Masih Tinggi

Harga Minyak Dunia Turun, Disparitas Harga BBM Subsidi Masih Tinggi

Investor.id; 02 September 2022

JAKARTA, investor.id – Harga minyak dunia saat ini terus mengalami penurunan. Meski demikian, masih terdapat disparitas yang cukup besar antara harga keekonomian dengan harga harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi saat ini, yaitu Pertalite dan Solar.

Tercatat pada Kamis (1/9) pagi, harga minyak minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober jatuh 2,3 persen menjadi US$ 89,55 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara, minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan turun 2,8 persen menjadi US$96,49 per barel di London ICE Futures Exchange.

Menurut pengamat energi yang juga Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, meski saat ini terdapat tren penurunan harga minyak dunia yang menyebabkan harga BBM nonsubsidi mengalami sedikit penurunan, namun jumlahnya tidak signifikan untuk menurunkan biaya pokok produksi.

Pemerintah, kata dia, sepanjang semester I sudah berupaya menahan agar harga BBM subsidi tidak naik meski tekanannya sangat berat, yakni harga minyak dunia yang tinggi dan angka konsumsi yang terus meningkat.

“Jadi, kalau ditanya kapan momentum yang tepat untuk menaikkan harga BBM subsidi, tergantung keberanian pemerintah. Sebenarnya lebih cepat, lebih baik. Karena semakin lama harga ditahan, konsekuensinya semakin besar beban subsidi yang harus ditanggung pemerintah,” papar Komaidi kepada Investor Daily.

Menurut Komaidi, penurunan harga minyak dunia yang saat ini terjadi, belum secara signifikan menurunkan biaya pokok produksi BBM. “Artinya, dengan harga BBM yang berlaku saat ini, masih jauh di bawah harga keekononiannya, terutama solar yang harganya sangat tidak logis,” ujarnya.

Tercatat rata-rata realisasi ICP Januari – Juli) sebesar US$ 104,58 per barel, jauh diatas asumsi APBN 2022 sebesar US$ 63 per barel.

Komaidi mengatakan, mempertahankan harga BBM subsidi seperti saat ini, membawa dampak jangka panjang yang tidak sehat, antara lain pengembagan energi baru terbarukan (EBT) yang akan terhambat karena sulit bersaing dari segi keekonomian. Harga energi yang murah juga, kata dia, menimbulkan perilaku masyarakat yang boros. Padahal, Indonesia saat ini adalah negara net importer minyak.

Berdasarkan perhitungan Komaidi, harga BBM subsidi bisa disesuaikan masing-masing pada harga Rp 10 ribu untuk Pertalite dan Solar. Khusus untuk Pertalite, harga bisa diberlakukan dua macam, yakni khusus untuk roda dua dan plat kuning (angkot) tetap di harga saat ini selebihnya yakni untuk kendaraan roda 4 berlaku harga baru.

Mengacu data Pertamina yang diolah Beritasatu Research dikutip Jumat (2/9), harga Pertalite (RON 90) plus subsidi pemerintah kini dijual di angka Rp 7.650 per liter. Sementara harga keekonomian Pertalite per Agustus 2022 mencapai Rp 14.450 per liter, atau naik 43% dari harga keekonomian pada Januari 2022 sebesar Rp 10.100 per liter. Dengan demikian, pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 6.800 per liter.

Sementara Solar subsidi yang tergolong jenis BBM tertentu (JBT) saat ini dibanderol Rp 5.150 per liter. Adapun harga keekonomian Solar subsidi per Agustus 2022 mencapai Rp 13.950 per liter, atau naik 46,8% dari harga keekonomian pada Januari 2022 sebesar Rp 9.500 per liter. Dengan demikian, pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 8.800 per liter.

Tak hanya itu, harga Pertamax (RON 92) saat ini dibanderol Rp 12.500 per liter. Adapun harga keekonomian Pertamax per Agustus 2022 mencapai Rp 17.300 per liter, atau naik 57,2% dari harga keekonomian pada Januari 2022 sebesar Rp 11.000 per liter. Dengan demikian, ada selisih sekitar Rp 4.800 per liter yang ditanggung Pertamina.

Adapun harga LPG PSO saat ini dibanderol Rp 4.250 per kg, Sedangkan harga keekonomian LPG per Agustus 2022 mencapai Rp 18.500 per kg, atau naik 23,3% dari harga keekonomian pada Januari 2022 sebesar Rp 15.000 per kg. Dengan demikian, pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 14.250 per kg.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments