Bisnis.com; 18 Mei 2021
Bisnis.com, JAKARTA – Investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi dalam negeri belum menunjukkan adanya peningkatan kendati harga minyak dunia tengah mengalami kenaikan sepanjang tahun ini, setelah sempat terperosok jauh tahun lalu. Keputusan investor yang masih menahan minat investasinya dan juga tidak adanya eksplorasi baru dengan skala besar ditenggarai sebagai penyebab masih seretnya investasi hulu migas di Indonesia pada tahun ini.
Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, pada dasarnya skala untuk besaran investasi dari para pelaku hulu migas di Tanah Air terbatas, yaitu mayoritas investasi yang dikucurkan hanya seputar untuk menjaga produksi yang ada.
Perlu Upaya Ekstra Belum ramahnya iklim investasi hulu migas di Indonesia membuat investor masih enggan untuk menggelontorkan dananya untuk memulai proyek hulu migas baru di Indonesia.
“Lonjakan investasi itu kan hanya akan ada kalau misal ada eksplorasi skala besar atau project skala baru besar. Kalau tidak ada yang baru dan skala tidak besar, hanya seputar menjaga tingkat lifting, ya akan berkutat di angka-angka yang sekarang ada saja,” katanya kepada Bisnis, Selasa (18/5/2021).
Direktur Executive Energy Watch Mamit menilai investor masih menunggu perkembangan dari pergerakan harga minyak dunia sampai dengan posisi yang stabil. Menurutnya, investor masih meyakini bahwa kenaikan harga minyak yang terjadi masih bersifat sementara.
Pertumbuhan ekonomi secara global dengan program vaksinasi yang saat ini di jalankan masih belum bisa optimal. Banyaknya gelombang ke dua dan ke tiga Covid-19 di beberapa negara dengan konsumsi energi tinggi menjadi salah satu penyebabnya.
“Selain itu, kondisi ekonomi nasional juga belum tumbuh serta masih ada pembatasan di dalam negeri sedikit banyak mempengaruhi investor. Proses perizinan, pengadaan barang, transportasi masih belum optimal karena pandemi ini mempengaruhi kegiatan di sektor hulu migas kita,” jelasnya.