KATADATA;  Kamis, 18 April 2019, 16.39 WIB
Pasar masih menunggu komposisi jajaran Kementerian ESDM, SKK Migas, dan Pertamina.
Hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei memprediksi pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin sebagai pemenang  Pilpres 2019. Hasil perhitungan cepat ini belum mendapat respons dari investor di industri  hulu minyak dan gas bumi (migas).
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, masih terlalu dini untuk memproyeksikan kemajuan beberapa proyek migas setelah Pemilu. Menurut Komaidi, hal tersebut tergantung dari bagaimana komposisi jajaran pejabat di Kementerian ESDM, termasuk SKK Migas, dan PT Pertamina (Persero) yang akan dibentuk nantinya.
“Sampai dengan Oktober saya kira fokus pemerintah sekedar menyelesaikan hal-hal yang saat ini sedang dikerjakan saja,” ujar Komaidi saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (18/4).
Dihubungi secara terpisah, pengamat energi ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto juga mengatakan hal yang senada. Menurut Agung, investasi hulu migas di Indonesia akan dipengaruhi oleh figur yang dapat mempengaruhi arah kebijakan dan pengambilan keputusan di Kementerian ESDM, SKK Migas dan Pertamina, yang baru akan ditentukan usai presiden dan wakil presiden terpilih dilantik pada Oktober 2019 mendatang.
“Figur akan berpengaruh. Tergantung nanti siapa Menteri/Wakil Menteri ESDM-nya. Siapa dan bagaimana komposisi jajarannya, termasuk di jajaran SKK Migas, Pertamina dan lain-lain,” ujar Pri kepada Katadata.co.id.
Sementara itu, Direktur Riset Wood Mackenzine Andrew Harwood menyampaikan, kedaulatan energi akan tetap menjadi seruan pemerintah dan membatasi impor minyak yang mahal sebagai prioritas kebijakan. Ini menunjukkan bahwa pembatasan ekspor minyak mentah akan tetap diberlakukan.
Andrew juga mengatakan, setelah pemilihan umum 2019 tidak akan membalikkan tren statistik di sektor hulu migas. Menurutnya, Pertamina sebagai perusahaan BUMN masih akan tetap mendapatkan prioritas untuk mengelola Blok migas terminasi.
“Pemilihan umum tidak akan membalikkan tren statistik di sektor hulu migas. Pertamina akan tetap berada di posisi terdepan untuk mengambil alih PSC yang akan segera berakhir,” ujar Andrew Berdasarkan keterangan resminya pada, Selasa (16/4).
Lebih lanjut Andrew juga menilai upaya terbaru untuk meningkatkan investasi hulu migas sedikit terlambat, karena menurutnya banyak operator besar telah keluar dan mengurangi ambisi mereka berinvestasi di Indonesia.
“Kemajuan yang lambat dalam proyek-proyek kepentingan strategis nasional, seperti penandatanganan PSC Rokan dan persetujuan pengembangan Abadi LNG, juga memberikan sinyal beragam bagi investor,” ujarnya.
Selain itu, Andrew juga menambahkan bahwa pembahasan mengenai Revisi UU Migas akan tetap berlanjut, namun menurutnya bukan menjadi prioritas bagi pemerintahan berikutnya.
“Perdebatan tentang revisi UU Migas akan terus berlanjut, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa berakhirnya ketidakpastian hukum selama bertahun-tahun merupakan prioritas bagi pemerintahan berikutnya,” ujar Andrew.