Liputan6.com; 25 Juli 2022
Liputan6.com, Jakarta Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro memperkirakan, sektor minyak dan gas (migas) masih akan memiliki peran penting dalam roadmap energi dan perekonomian Indonesia. Meskipun, pemerintah saat ini tengah giat mengkampanyekan program energi baru terbarukan, atau New Renewable Energy (RNE).
Melansir proyeksi konsumsi migas berdasarkan skenario Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), hulu migas sampai dengan 2050 masih akan jadi sektor kunci.
Proyeksi senada juga dikeluarkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang merilis tiga skenario outlook energy, yakni Business As Usual (BAU), Electric Vehicle (EV), dan New Renewable Energy (NRE).
“Peran penting hulu migas dalam roadmap energi Indonesia diantaranya dapat dilihat melalui proyeksi RUEN dan Outlook Energy BPPT, yang menyebutkan bahwa sampaidengan tahun 2050 mendatang konsumsi migas Indonesia masih akan terus meningkat,” tulis Komaidi, Senin (25/7/2022).
“Sementara produksi migas terutama produksi minyak bumi Indonesia diproyeksikan akan menurun,” terang dia.
RUEN memproyeksikan, konsumsi minyak Indonesia sampai dengan 2050 akan terus meningkat. Tiga skenario Outlook Energy BPPT (BaU, EV, NRE) juga memperkirakan volume konsumsi minyak bumi Indonesia sampai dengan 2050 akan terus melonjak.
Konsumsi minyak tertinggi terjadi pada skenario BAU, mencapai angka 1.171,75 juta barel pada 2050. Sementara produksinya hanya 70 juta barel saja.
Sementara konsumsi minyak pada skenario EV dan NRE relatif sama, lebih rendah dari skenario BAU. Skenario EV meramal konsumsi minyak sebesar 1.002,3 juta barel dengan produksi 70 juta barel. Sedangkan konsumsi minyak pada skenario NRE sebesar 1.016 juta barel dengan produksi 70 juta barel.
“Meskipun kebijakan transisi energi diimplementasikan, RUEN dan tiga skenario Outlook Energy BPPT memproyeksikan defisit neraca minyak bumi Indonesia sampai dengan tahun 2050 akan terus meningkat,” sambung Komaidi.
Komaidi melanjutkan, RUEN dan tiga skenario Outlook Energy BPPT juga memproyeksikan, volume konsumsi gas Indonesia sampai dengan 2050 akan terus meroket. Namun, terdapat perbedaan dalam proyeksi produksi gas.
“RUEN memproyeksikan produksi gas Indonesia akan meningkat sampai dengan tahun 2040, selanjutnya menurun. Sementara tiga skenario Outlook Energy BPPT memproyeksikan produksi gas Indonesia akan terus menurun,” paparnya.
Adapun proyeksi produksi gas alam menurut RUEN pada 2040 sebesar 2,99 juta bbtu, dan akan turun jadi 2,55 juta bbtu pada 2050. Sementara tiga skenario BPPT kompak memperkirakan produksi gas bakal perlahan turun jadi 0,8 juta bbtu di 2050.
“Defisit neraca gas Indonesia pada tahun 2030-2050 baik berdasarkan skenario RUEN maupun tiga skenario Outlook Energy BPPT diproyeksikan akan terus meningkat,” ujar Komaidi.