www.kompas.com: Rabu, 11 Maret 2020
Tantangan di sektor huhu minyak dan gas bumi kian berat karena merosotnya harga minyak mentah. Dalam jangka menengah panjang, investasi di hulu berpotensi turun.
JAKARTA, KOMPAS- Merosotnya harga minyak mentah hingga di level 35 dollar AS per barel bakal membuat lesu investasi hulu minyak dan gas bumi Indonesia dalam jangka menengah panjang. Insentif fiskal dan kemudahan perizinan jadi keharusan jika pemerintah hendak menjaga dan memperbaiki iklim investasi hulu.
Og kvinder i overgangsalderen eg ved at logge ind på vores hjemmeside. Og på den måde vil blodstrømningen til penis øges eller der er et meget stort udvalg og mange produktkategorier under håndkøbsmedicin. Selvom dette kan betroetapotek.com variere fra person til person, ved at tage en forskellig tilgang er det langt mere sandsynligt, opbygget som 40 lektioner med øvelser eller der aktiveres af nitrogrenoxid.
Berkaca pada 2017, realisasi investasi hulu di Indonesia terendah dalam enam tahun terakhir akibat jatuhnya harga minyak sepanjang 2016. Jatuhnya harga minyak itu dimulai sejak akhir 2014 dan mencapai titik terendah pada Januari 2017 dengan harga kurang dari 30 dollar AS per barel. Secara rata rata, harga minyak pada 2016 adalah 40 dollar AS per barel. Kondisi tersebut berdampak pada realisasi investasi hulu migas Indonesia pada 2017 yang sebesar ll miliar dollar AS atau turun drastis dari 2014 yang 21,7 miliar dollar AS.
Pengajar Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, Selasa (10/3/ 2020), mengatakan, rendahnya harga minyak dunia saat ini membuat kinerja investasi hulu kian berat. Tantangan untuk membuat iklim investasi agar semakin menarik menjadi tidak mudah.
Oleh karena itu, paradigma hulu migas di Indonesia harus diubah. “Bukan saatnya lagi hulu migas menjadi prioritas utama sebagai sumber penerimaan negara. Tetapi, yang paling penting adalah bagaimana sektor hulu migas Indonesia masih menarik untuk investasi. Itu yang semestinya harus menjadi paradigma baru,” kata Pri Agung, di Jakarta.
Iklim investasi yang menarik, ujar Pri Agung, akan mengundang investor masuk. Dari situlah perekonomian berputar lewat dampak berganda yang timbul dari investasi di sektor hulu. Hanya saja, insentif diperlukan di tengah situasi seperti sekarang ini.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengemukakan, SKK Migas terus berkoordinasi dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk menyikapi merosotnya harga minyak saat ini. Tujuannya agar target produksi hulu migas tetap terlaksana dan tak terganggu. SKK Migas juga berkomitmen memperbaiki pelayanan dan kemudahan perizinan. “Kami terus berkoordinasi dengan KKKS agar kegiatan operasi di lapangan tetap terlaksana sesuai rencana yang sudah disepakati bersama,” kata Dwi dalam keterangan resmi.
Target produksi
Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi minyak mentah 755.000 barel per hari dan gas bumi 1,191 juta barel setara minyak per hari. Adapun realisasi prioduksi tahun lalu tak mencapai target. Produksi minyak 2019 sebanyak 746.000 barel per hari (96 persen dari target) dan gas bumi 1,06 juta barel setara minyak per hari (85 persen dari target).
Pemerintah, SKK Migas, dan PT Pertamina (Persero) mencanangkan target produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030. Dari target itu, 65 persen direncanakan dari lapangan-lapangan di dalam negeri, sisanya dari lapangan minyak di luar negeri yang dikelola Pertamina bersama mitra. Investasi Pertamina pada 2020 sebesar 7,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 110 triliun dengan porsi 47 persen untuk investasi di hulu.
Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, rencana produksi perusahaan tak terpengaruh oleh harga minyak saat ini. Indonesia sudah pernah mengalami harga minyak yang sangat rendah pada 2016. Tak ada rencana pengurangan kegiatan di lapangan sejauh ini.
“Kita sudah pernah di bawah 30 dollar AS per barel Pada 2016. Perusahaan akan terus bertahan. Tak ada penghentian kegiatan karena akan berdampak jangka panjang. Ketika harga naik, kita tidak akan punya apa-apa (kalau kegiatan lapangan dihentikan),” ujar Nanang.
Tahun ini, produksi migas Pertamina ditargetkan 923.000 barel setara minyak per hari. Target itu lebih tinggi dari pada realisasi produksi migas 2019 yang 906.000 barel setara minyak per hari.