Kompas.com; 13 September 2022
JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah mempertimbangkan untuk membeli minyak mentah Rusia. Hal ini karena harga minyak yang lebih murah dibandingkan dengan harga minyak di pasar international. Namun, pengamat Energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan jika pemerintah membeli minyak mentah Rusia, ini bukan berarti harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami penurunan. Komaidi mengatakan, meskipun harga minyak mentah mendapatkan diskon dari Rusia, namun asumsi dalam APBN akan berada di atas harga asumsi yakni 63 dollar AS per barrel. Sehingga, ekspektasi bahwa harga BBM bisa kembali ke harga sebelumnya, belum tentu terjadi.
Namun, pengamat Energi dari Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan jika pemerintah membeli minyak mentah Rusia, ini bukan berarti harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami penurunan.
Komaidi mengatakan, meskipun harga minyak mentah mendapatkan diskon dari Rusia, namun asumsi dalam APBN akan berada di atas harga asumsi yakni 63 dollar AS per barrel. Sehingga, ekspektasi bahwa harga BBM bisa kembali ke harga sebelumnya, belum tentu terjadi.
“Artinya bahwa pembelian minyak Rusia itu belum tentu memberikan peluang untuk pemerintah bisa mengoreksi kembali harga BBM yang sudah disesuaikan. Publik berekspektasi kalau dapat minyak Rusia, harga BBM bisa diturunkan kembali, dari hitungan kami ini belum tentu,” ujar Komaidi kepada Kompas.com, Senin (13/9/2022).
Komaidi mengatakan, harga BBM ditentukan oleh dua faktor penentu, pertama, harga minyak mentah, dan kedua, nilai tukar rupiah.
Dalam kaitannya dengan opsi pembelian minyak Rusia, Komaidi menilai benefit yang akan diperoleh merupakan kebijakan pemerintah sepenuhnya, apakah akan menurunkan harga BBM atau dialihfungsikan ke yang lainnya.
“Apakah nanti dengan harga minyak Rusia yang murah kemudian, subsidi ditambah dengan harga diturunkan, atau subsidinya tetap kemudian dan dana dialokasikan untuk pengeluaran yang lebih produktif, itu masalah pemerintah di anggaran nantinya,” lanjut dia.
Komaidi menilai dengan membeli minyak Rusia yang memiliki harga murah, maka ini sangat positif untuk berbagai aspek. Tinggal bagaimana pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri meyakinkan global bahwa apa yang dilakukan murni hubungan bisnis.
“Ini tentu tugas Kemenlu untuk meyakinkan publik global bahwa ini terlepas dari kepentingan invasi Rusia ke Ukraina. Memang ada label bahwa kalau beli minyak Rusia artinya mendukung invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, tapi saya kira ini bisnis murni, dan Indonesia menganut politik bebas aktif dan bukan negara non blok,” tegas dia.
Sebelumnya, Jokowi mempertimbangkan untuk membeli minyak mentah asal Rusia. Pertimbangan ini diambil karena Moskow menawarkan diskon besar-besaran. “Semua opsi selalu kami pantau. Kalau ada negara dan mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja. Ada kewajiban bagi pemerintah untuk mencari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan energi rakyatnya,” kata Presiden Joko Widodo kepada Financial Times, Senin (12/9/2022).