(cnnindonesia.com; 6 Oktober 2015)
Jakarta, – Pengamat Energi dari Research Institute for Mining and Energy Economics (Reforminer) Insitute Komaidi Notonegoro mengatakan pemerintah perlu mewaspadai lonjakan defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 akibat target lifting minyak yang terancam tidak tercapai tahun ini.
Kondisinya menurut Komaidi bertambah parah akibat harga minyak dunia saat ini terus bertahan di bawah asumsi APBNP 2015.
“Jadi pilihannya ada di peningkatan produksi baik itu minyak atau gas bumi (migas), ujar Komaidi saat dihubungi, Selasa (6/10).
Jika masih optimistis bisa mencapai target, Komaidi menilai dalam sisa waktu kurang dari tiga bulan pemerintah harus mampu menghilangkan semua hambatan yang dirasakan oleh kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) di sektor hulu migas.
Tujuannya tidak lain agar realisasi produksi minyak mentah yang dicatat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sampai awal Oktober 2015 sebesar 783.390 barel per hari (bph) bisa meningkat. Sehingga diharapkanliftingminyak bisa menyentuh target 825 ribu bph di akhir tahun.
Zuldadi Rafdi, Kepala Subbagian Komunikasi dan Protokoler SKK Migas kepada CNN Indonesia menyatakan sampai saat ini hanya produksi gas yang berhasil melampaui target. SKK Migas mencatat produksi gas sebanyak 8.030 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), atau 1.192 MMSCFD di atas target APBNP 2015 yang dipatok pada angka 6.838 MMSCFD.
Percepat Blok Cepu
Meskipun antara realisasi produksi minyak dengan targetliftingmasih terpaut selisih 5 persen, Zuldadi mengaku SKK Migas masih yakin targetlifting825 ribu bph bisa tercapai.
Guna menggapai targetliftingminyak tahun ini, SKK Migas akan mendorong KKKS untuk mengoptimalkan kegiatan produksi.
Satu upaya diantaranya mendorong ExxonMobil Cepu Limited untuk mulai menggenjot kegiatan produksi minyak dari Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu pada pertengahan Oktober.
Sebagai catatan, angka produksi minyak mentah dari Blok Cepu sendiri diprediksi mampu menghasilkan minyak mencapai 125 ribu bph.
“Kami sedang mintakan untuk dipercepat ke pertengahan Oktober. Kalau terelasisasi di pertengahan Oktober, SKK Migas optimistis. Kalau tetap di November target lifitingtidak bisa tercapai,” tutur Zuldadi. (gen)