Investordaily, 31 Maret 2021
Oleh:
Komaidi Notonegoro
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute dan Pengajar Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Trisakti
Email    : komaidinotonegoro@gmail.com
Keberlangsungan pasokan BBM merupakan salah satu yang dikhawatirkan akan terjadi pasca terjadinya musibah kebakaran tanki T-301G Kilang Balongan pada 29 Maret 2021 sekitar pukul 00.45 dini hari. Kilang Balongan merupakan Refinery Unit VI yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero). Kapasitas kilang tersebut adalah 125.000 bopd. KIlang Balongan mengolah minyak mentah menjadi produk BBM, non BBM, dan petrokimia.
Berdasarkan informasi, produk BBM yang dihasilkan dari Kilang Balongan berupa premium, minyak tanah, solar, avtur, pertamax, pertadex, dan pertamax turbo. Selama ini, produk BBM yang dihasilkan dari Kilang Balongan digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sehingga cukup logis jika musibah yang menimpa Kilang Balongan dikhawatirkan akan memberikan dampak terhadap distribusi sejumlah jenis BBM ke wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Strategi Pasokan BBM
Mencermati sebaran lokasi dan kapasitas kilang minyak yang ada saat ini, potensi terjadinya hambatan pasokan BBM untuk wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta akibat terbakarnya Kilang Balongan pada dasarnya masih dapat dihidari. Pasokan BBM untuk masyarakat kemungkinan masih dapat diupayakan berjalan normal seperti sebelum terjadinya musibah tersebut.
Berdasarkan data yang ada, saat ini total kapasitas kilang minyak nasional sekitar 1.169 ribu bopd. Dari kapasitas tersebut, 1.031 ribu bopd atau sekitar 88 % diantaranya merupakan kilang minyak yang dimiliki oleh Pertamina. Distribusi kapasitas kilang minyak nasional saat ini meliputi Kilang TWU-Jawa Timur (18 ribu bopd), Kilang Dumai-Riau (177 ribu bopd), Kilang Plaju-Sumatera Selatan (127,30 ribu bopd), Kilang Cilacap-Jawa Tengah (348 ribu bopd), Kilang Balikpapan-Kalimantan Timur (260 ribu bopd), Kilang Balongan-Jawa Barat (125 ribu bopd), Kilang Cepu-Jawa Timur (3,8 ribu bopd), Kilang Kasim-Sorong Papua (10 ribu bopd), dan Kilang TPPI-Jawa Timur (100 ribu bopd).
Berdasarkan sebaran lokasi kilang tersebut, kapasitas kilang minyak yang berada di Pulau Jawa untuk saat ini adalah sebesar 594,80 ribu bopd atau sekitar 50,88 % dari total kapasitas kilang nasional. Sementara dari sisi konsumsi, berdasarkan data BPH Migas konsumsi BBM jenis tertentu (JBT) di wilayah Jawa-Madura-Bali untuk tahun 2018 adalah sekitar 51,18 % dari total konsumsi JBT nasional. Jika konsumsi BBM nasional memiliki pola yang sama dengan konsumsi JBT tersebut, dapat dikatakan bahwa sebaran lokasi kilang minyak saat ini telah sesuai dengan lokasi konsumennya. Sebagian besar kapasitas kilang minyak berada di lokasi yang tingkat konsumsi BBM-nya cukup besar.
Data sebaran lokasi dan kapasitas kilang tersebut menujukkan bahwa selain Kilang Balongan, saat ini terdapat 469,8 ribu bopd kapasitas kilang minyak di Pulau Jawa. Kilang-kilang tersebut tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Karena itu, untuk sementara waktu sampai dengan produksi BBM dari Kilang Balongan dapat kembali normal, Pertamina dapat mengalihkan sumber pasokan. Dalam hal ini Kilang Cilacap dan Kilang TPPI adalah yang paling potensial untuk menjadi sumber pasokan.
Jika mencermati neraca minyak khususnya neraca BBM nasional, musibah kebakaran yang terjadi pada Kilang Balongan tersebut semestinya memang tidak akan terlalu mengganggu rantai pasok BBM di dalam negeri. Mengacu pada data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2019, konsumsi BBM Indonesia pada tahun 2019 adalah 75,12 juta kilo liter (KL). Dari total konsumsi tersebut, 24,72 juta kilo liter (KL) atau 33 % diantaranya dipenuhi dari impor produk BBM. Dalam hal ini sekitar 33 % BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tidak terkait dengan proses produksi di kilang, tetapi langsung berada di fasilitas penyimpanan BBM.
Pernyataan Pertamina yang memastikan bahwa pasokan BBM akan aman dan sangat memadai untuk kisaran 20 hingga 74 hari ke depan, menegaskan bahwa peluang terjadinya kelangkaan pasokan BBM pasca terjadinya musibah pada Kilang Balongan dapat dikatakan relatif kecil. Pertamina menyebutkan bahwa pasokan BBM jenis bensin secara nasional saat ini tersedia sekitar 10,5 juta barel, solar 8,8 juta barel, dan avtur sekitar 3,2 juta barel. Dengan stok BBM yang tersedia tersebut, logis jika disampaikan dan dipastikan bahwa stok BBM nasional dalam beberapa waktu ke dapan masih aman dan normal.
Mencermati neraca BBM nasional dan mengingat bahwa porsi kapasitas Kilang Balongan sekitar 10,69 % kapasitas kilang nasional, saya menilai dampak dari musibah kebakaran di Kilang Balongan terhadap distribusi dan kelangkaan BBM di dalam negeri dapat diminimalkan. Dalam hal ini potensi gangguan distribusi BBM di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta akibat musibah di Kilang Balongan kemungkinan masih dapat diminimalkan sepanjang Depo BBM Plumpang tidak mengalami gangguan dan beroperasi secara normal.
Informasi sementara yang menyebutkan bahwa kebakaran di Kilang Balongan hanya terjadi di daerah tanki saja dan tidak memberikan dampak terhadap processing plant yang utama, memberikan harapan bahwa dampak dari musibah kebakaran tersebut dapat diminimalkan dan dapat diatasi dalam kurun waktu yang lebih cepat. Kemungkinan Kilang Balongan akan dapat segera dioperasikan kembali setelah kebakaran pada tanki T-301G berhasil dipadamkan.
Berdasarkan data dan informasi yang ada tersebut, saya menyarankan agar publik selaku konsumen BBM terutama untuk konsumen BBM di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta tidak perlu panik dalam merespon musibah kebakaran pada Kilang Balongan. Jumlah pasokan, proses dan pola distribusi, dan harga BBM kemungkinan masih akan tetap normal. Karena itu, tidak bermanfaat dan cenderung merugikan jika masyarakat merespon musibah tersebut dengan ramai-ramai memborong BBM di SPBU.