Komaidi Notonegoro
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute
Email: komaidinotonegoro@gmail.com
Media Indonesia: Rabu, 17 Okt 2018, 05:10 WIB
PASOKAN energi memiliki peran penting dalam pemulihan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) pascabencana gempa dan tsunami. Dalam hal ini tidak mudah bagi suatu provinsi yang 4 dari 13 kabupaten/kotanya terkena gempa dan tsunami untuk dapat memulihkan aktivitas perekonomian. Sebagaimana diketahui, Kabupaten Donggala, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu merupakan wilayah yang terdampak akibat bencana itu.
Data menujukkan, tidak kurang dari 60% produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi Sulteng pada 2017 merupakan kontribusi dari sektor nonekstraktif yang lebih padat energi. Sektor nonekstraktif seperti industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, transportasi dan pergudangan, pengadaan listrik dan gas, penyediaan akomodasi, dan jasa-jasa merupakan kontributor utama pembentuk PDRB Sulteng. Karena itu, pemulihan pasokan energi dapat dikatakan memiliki arti penting bagi upaya pemulihan ekonomi Sulteng.
Berdasarkan pantauan, pasokan energi sempat menjadi permasalahan utama yang dialami masyarakat di wilayah terdampak setelah terjadinya gempa dan tsunami di Sulteng. Pasokan energi yang meliputi tenaga listrik, BBM, dan elpiji terganggu karena sejumlah infrastruktur distribusinya mengalami kerusakan pada tingkatan yang tidak sederhana untuk dipulihkan.
Terputusnya aliran listrik tidak hanya mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga menyebabkan jaringan komunikasi di wilayah bencana tidak dapat beroperasi. Sekitar 276 base transceiver station (BTS) tidak dapat digunakan karena tidak terdapat aliran listrik. Kerusakan infrastruktur juga terpantau menyebabkan terjadinya kelangkaan BBM di wilayah bencana untuk beberapa waktu.
Sinergi pemerintah-BUMN
Meski belum pulih seratus persen, dengan kontribusi dan sinergi dari seluruh lapisan masyarakat utamanya para relawan yang luar biasa, proses penanganan dan pemulihan Sulteng pascagempa dan tsunami terpantau mengalami kemajuan yang signifikan.
Dari sisi pemulihan pasokan energi, sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dua BUMN energi (Pertamina dan PLN) telah menunjukkan perkembangan dan hasil yang menggembirakan. Sampai dengan tulisan ini dibuat, pasokan listrik di sebagian besar wilayah terdampak dilaporkan telah dapat dipulihkan. Secara sistem, pasokan listrik untuk wilayah Palu, Donggala, dan Sigi dilaporkan sudah siap untuk disuplai kembali.
Secara teknis, tim gabungan PLN tercatat melaporkan telah berhasil memulihkan 100% gardu induk, mengoperasikan 45 penyulang, dan memperbaiki 1.707 gardu distribusi yang rusak. Sebagai bagian untuk mempercepat proses pemulihan, PLN terpantau mengirimkan sekitar 1.033 petugas tambahan.
Untuk antisipasi, PLN juga melaporkan pihaknya menyiapkan sekitar 66 genset untuk mengalirkan listrik ke pelanggan prioritas seperti 8 rumah sakit, 2 PDAM (perusahaan daerah air minum), 11 SPBU, 10 bank dan ATM, 18 BTS, 17 tempat ibadah, 15 pusat ekonomi, dan 15 perkantoran.
Sama seperti PLN, Pertamina juga berkontribusi signifikan dalam upaya pemulihan pasokan energi di Sulteng. Satu hari pascabencana, Pertamina terpantau mendirikan Posko sementara penanganan di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Palu dan di Terminal BBM (TBBM) Donggala. Pertamina juga tercatat mengirimkan tim untuk memberikan bantuan medis, bantuan logistik, bantuan komunikasi, serta bantuan teknis untuk memperbaiki kerusakan pada fasilitas sarana dan prasarana milik Pertamina.
Pada 29 September 2018, sehari setelah terjadinya gempa dan tsunami, Pertamina melaporkan mengirimkan sekitar 245 ribu liter BBM menuju Palu dan Donggala. Pengiriman dilakukan menggunakan mobil tangki BBM dari Terminal BBM Palopo, Parepare, dan Tolitoli. Pertamina juga melaporkan telah memberangkatkan mobil tangki avtur dari Manado dan Luwuk, serta bantuan personel awak mobil tangki dari Pare-pare dan Kendari dan 50 personel operator SPBU.
Sampai dengan hari kelima pascabencana, Pertamina melaporkan telah mendatangkan sekitar 12 ribu liter BBM melalui udara dan 500 ribu liter BBM melalui darat. Sampai dengan hari kelima sudah terdapat 10 SPBU yang beroperasi di daerah terdampak gempa. Pertamina juga melaporkan telah mendatangkan sekitar 100 SPBU portabel. Sementara untuk kebutuhan elpiji, telah dikirimkan pasokan sebanyak 2.000 tabung dalam berbagai ukuran melalui jalur laut.
Sepekan setalah terjadinya bencana, Pertamina melaporkan telah berhasil mengoperasikan kembali layanan 32 SPBU dari total 36 SPBU di wilayah terdampak. Stok BBM juga dilaporkan telah lebih dari cukup, yaitu stok bensin di atas 10 hari dan solar 20 hari. Tidak hanya BBM, untuk memenuhi kebutuhan energi bagi kepentingan rumah tangga, Pertamina terpantau menggelar operasi pasar elpiji 3 kg di depan TBBM Donggala. Pertamina terpantau memperluas operasi pasar elpiji menjadi di 16 titik yang terdistribusi 8 titik di Palu, 4 titik di Donggala, dan 4 titik di Sigi.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, PLN, dan Pertamina tersebut kembali menegaskan bahwa pasokan energi sesungguhnya tidak hanya penting bagi pemulihan ekonomi masyarakat yang terdampak bencana, tetapi yang lebih mendasar dari itu semua bahwa pasokan energi tidak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri.
Tanpa mengesampingkan apresiasi kepada semua pihak, selalu terdapat hikmah dan pelajaran dari apa yang terjadi di Sulteng tersebut. Pertama, bahwa sistem tanggap darurat utamanya yang terkait dengan penanganan dan pemulihan pasokan energi pascabencana yang kita miliki masih perlu ditingkatkan. Dalam hal ini penting bagi pemerintah untuk menyiapkan backup infrastruktur energi yang dibangun di sekitar wilayah rawan bencana.
Kedua, bahwa BUMN energi (Pertamina dan PLN) memiliki peran strategis dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pemerintah perlu lebih proporsional di dalam menerapkan kebijakan kepada kedua BUMN tersebut.