Friday, November 22, 2024
HomeReforminer di Media2015Pemerintah Incar Investasi Migas Rp 1.800 Triliun

Pemerintah Incar Investasi Migas Rp 1.800 Triliun

(Korat Tempo – Senin, 1 Juni 2015)

Pertamina diminta memacu revitalisasi dan menambah empat kilang baru.

JAKARTA, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan investasi di bidang minyak dan gas bumi sampai lima tahun ke depan mencapai Rp 1.800 triliun. Menteri Energi Sudirman Said mengatakan, investasi tersebut bakal didominasi bidang usaha yang produktif. “Kita harus beralih memikirkan nasib generasi mendatang,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sudirman mengklaim bahwa pemerintah bisa mengundang investor agar menanamkan modalnya hingga Rp 1.200 triliun untuk kegiatan hulu migas. Sedangkan untuk kegiatan hilir sebesar Rp 600 triliun.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memasang target investasi migas tahun ini sebesar US$ 20 miliar atau sekitar Rp 240 triliun. Angka ini lebih rendah daripada target 2014 yang sebesar US$ 24 miliar atau sekitar Rp 288 triliun.

Sebagai langkah awal menjaring investor, pemerintah telah mengalihkan 41 kewenangan pemberian izin sektor migas ke pelayanan terpadu satu pintu Badan Koordinasi Penanaman Modal. Pengalihan itu diharapkan mengatasi sumbatan masalah perizinan investasi yang memperburuk iklim investasi migas.

Kementerian juga membentuk Komite Eksplorasi untuk mencari cadangan minyak nasional tambahan. Eksplorasi ini sudah tidak dilakukan sejak 25 tahun silam.

Di sisi pengolahan migas, pemerintah mendorong PT Pertamina (Persero) memacu revitalisasi empat kilang negara serta menambah empat kilang baru. Jika program ini selesai tepat waktu, pada 2025, impor minyak mentah nasional bakal nihil.

Untuk industri hilir, pemerintah melalui Pertamina berupaya menjadikan pengadaan minyak nasional efisien. Langkah pertama dibuktikan Pertamina melalui pengalihan kewenangan pengadaan minyak oleh anak usahanya, Pertamina Energy Trading Limited (Petral) Group, ke Pertamina Integrated Supply Chain. Sejak pengalihan dilakukan tiga bulan terakhir, Pertamina mengklaim mampu berhemat US$ 22 juta.

Sebelumnya, pemerintah telah menyepakati production sharing contract (PSC) bidang migas dengan 12 kontraktor kontrak kerja sama migas (KKKS). Total ada delapan wilayah kerja migas konvensional dan empat wilayah kerja nonkonvensional dengan nilai investasi hingga US$ 155 juta yang digarap. “Ini menunjukkan investasi migas masih bergairah,” ujar Sudirman. Dari penandatanganan kerja sama ini, pemerintah langsung mendapat bonus tanda tangan (signature bonus) senilai US$ 13 juta.

Selain mendorong investasi migas di dalam negeri, untuk mendongkrak pasokan migas, Kementerian Energi telah menjajaki kemungkinan pemberian minyak mentah langsung dari Iran. Pekan lalu, Menteri Sudirman dan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil telah bertemu dengan Menteri Perminyakan Iran, Bijan Namdar Zangeneh.

Hasilnya, kedua negara menyepakati pembelian minyak mentah dari Iran untuk Indonesia dan membuka kesempatan kepada pihak Indonesia untuk terlibat dalam bisnis hulu migas di Iran. Juni ini, delegasi Iran bakal berkunjung ke Indonesia untuk membicarakan dan memastikan kerja sama terealisasi.

Pengamat energi dari Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, dalam beberapa waktu terakhir sempat terjadi penurunan investasi di sektor migas akibat terkena imbas anjloknya harga minyak di pasar global. “Tren ini membuat pengusaha berpikir ulang untuk . berinvestasi , minyak di , suatu negara.”

Pri juga memprediksi realisasi investasi migas tahun ini lebih rendah dari target. Pasalnya, selain menurunnya harga minyak dunia, kendala internal, seperti masalah perizinan atau pembebasan lahan, turut menggoyahkan investasi sektor migas nasional.

Sumur minyak di Indonesia yang uzur pun menjadi salah satu alasan pengusaha lebih memilih menanamkan modalnya di negara lain.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments