Okezone.com, 11 mei 2010
Jakarta – Terus ditundanya pengambilan keputusan atas proyek gas Donggi-Senoro, Sulawesi Tengah, mengundang berbagai pihak meminta pemerintah segera mengambil keputusan. Salah satunya datang dari Reforminer Institute.
Direktur EksekutifA�Reforminer InstituteA�Pri Agung Rakhmanto merekomendasikan skenario kombinasi ekspor sebesar 75 persen dan domestik sebesar 25 persen. “Setiap putusan pasti tidak akan menguntungkan setiap pihak. Masalahnya adalah kita siap tidak kalau seluruhnya untuk domestik A�Lalu, masalah waktu. Untuk itu, sekarang harus ada skenario ekspor dan domestik. Menurut saya itu memang tidak ideal, tapi realistis,” tutur Pri Agung saat seminarA�Menanti Keputusan dan Transparansi Proyek Gas Donggi-Senoro, di Gedung Nusantara V DPR, Jakarta, Selasa (11/05/2010).
Menurutnya, skenario tersebut berdasarkan pada pertimbangan objektifitas atas kepentingan nasional dan stakeholder terkait agar putusan Donggi-Senoro ini nantinya tidak didasarkan atas pertimbangan politis dan populis. Selain itu, ada juga pertimbangan ketahanan energi dan tekno-ekonomi.
Dalam konteks ketahanan energi, menurutnya skenario ini tetap mengalokasikan sejumlah gas untuk kebutuhan gas domestik. Sementara dari aspek tekno-ekonomi, menurutnya itu relatif paling berpotensi memberikan keuntungan maksimal.
“Opsi ini realistis karena proyek tidak didanai sendiri oleh pemerintah, tetapi oleh investor, dalam hal ini Pertamina dan Medco yang juga harus menggandeng pihak lain untuk mmebuat proyek ini dapat terlaksana. Ekspor memberikan devisa, alokasi domestik bisa menggerakkan ekonomi daerah,” jelasnya.
Oleh karena itu, dia juga menyarankan agar pemerintah segera mengambil keputusan mengenai proyek Donggi-Senoro ini.
“Semakin ditunda, secara sadar atau tidak pemerintah akan menyeret kasus ini ke ranah politik dan akan beresiko kehilangan momentum pasar di mana harga akan lebih rendah dan memperburuk iklim investasi migas yang bisa memperparah krisis gas domestik,” tukasnya.