Sudah sejak lama neraca perdagangan migas Indonesia khususnya neraca perdagangan minyak dalam kondisi defisit. Kondisi tersebut membuat sektor migas sering diatributkan sebagai penyebab melemahnya nilai tukar rupiah.
Temuan ReforMiner mengenai sensitivitas sektor migas terhadap nilai tukar rupiah adalah sebagai berikut:
- Studi ReforMiner menemukan sektor migas memiliki sensitivitas yang lebih besar terhadap nilai tukar rupiah dibandingkan dengan sektor yang lain.
- Peningkatan kebutuhan devisa impor migas memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap pelemahan rupiah. Setiap peningkatan kebutuhan devisa impor migas sekitar 1 milyar USD akan memberikan kontribusi terhadap pelemahan rupiah sekitar Rp 455/USD. Sementara peningkatan kebutuhan devisa impor non migas dengan nilai yang sama hanya akan memberikan kontribusi terhadap pelemahan rupiah sekitar Rp 90/USD.
- Peningkatan devisa ekspor migas memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Setiap peningkatan devisa ekspor migas sekitar 1 milyar USD berpotensi memberikan kontribusi terhadap penguatan rupiah sekitar Rp 467/USD. Sementara peningkatan perolehan devisa ekspor non migas dengan nilai yang sama berpotensi memberikan kontribusi terhadap penguatan rupiah sekitar Rp 302/USD.
- Studi ReforMiner menemukan investasi penanaman modal asing (PMA) juga memiliki sensitivitas yang cukup besar terhadap nilai tukar rupiah. Setiap kenaikan investasi PMA sebesar 1 milyar USD, berpotensi memberikan kontribusi terhadap penguatan nilai tukar rupiah sekitar Rp 350/USD. Kontribusi dari masuknya investasi PMA terhadap penguatan nilai tukar rupiah tercatat lebih besar dari kontribusi perolehan devisa ekspor non migas.
- Hasil kuantifikasi menunjukkan bahwa ekspor dan impor migas memiliki sensitivitas yang besar terhadap nilai tukar rupiah. Hubungan antara PMA dan nilai tukar rupiah semakin menegaskan bahwa sektor migas penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam hal ini nilai investasi hulu migas sekitar 10 – 15 milyar USD untuk setiap tahunnya tidak hanya penting bagi penciptaan nilai tambah pada sektor ekonomi riil, memberikan kontribusi penting pada penerimaan APBN, tetapi juga berperan penting terhadap penguatan nilai tukar rupiah.