Wednesday, September 3, 2025
HomeReforminer di Media2025Peran Penting Industri Hulu dan Hilir Gas, Jadi Kunci Transisi Energi dan...

Peran Penting Industri Hulu dan Hilir Gas, Jadi Kunci Transisi Energi dan Dukung Ekonomi RI

Kompas.com; 28 Agustus 2025

JAKARTA, KOMPAS.com – Industri hulu dan hilir gas semakin memiliki peran penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. Kajian ReforMiner Institute menunjukkan kontribusi sektor ini kian luas, sekaligus menjadi kunci keberhasilan transisi energi dan hilirisasi.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengungkapkan jumlah sektor ekonomi yang terkait dengan kegiatan usaha hulu gas meningkat dari 104 sektor menjadi 113 sektor. “Industri hulu gas memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor pendukung dan penggunanya. Kegiatan usaha hulu gas berperan penting baik sebagai penyedia bahan baku maupun penyedia energi,” ujar Komaidi di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Indeks multiplier industri hulu gas juga meningkat dari 4,98 menjadi 6,56. Artinya, setiap investasi yang dilakukan di hulu gas menghasilkan nilai tambah ekonomi 6,56 kali lebih besar. Keterkaitan sektor ini juga tercermin dari total linkage index yang naik dari 2,63 menjadi 3,12. Menurut Komaidi, pengembangan hulu gas sejalan dengan kebijakan transisi energi, penyelesaian defisit pasokan gas di sejumlah wilayah, serta program hilirisasi. Jika 50 persen konsumsi minyak bumi dan batu bara digantikan gas bumi, potensi penurunan emisi bisa mencapai 36,16 juta ton CO2e dari minyak dan 123,35 juta ton CO2e dari batu bara.

Berdasarkan proyeksi, potensi defisit pasokan gas di Jawa Barat dan Sumatera dapat meningkat hingga sekitar 513 MMSCFD pada 2035. Namun, kondisi ini bisa ditekan jika pengembangan hulu gas dioptimalkan.

Kebutuhan pasokan gas juga akan semakin besar seiring program hilirisasi. Beberapa proyek yang membutuhkan suplai mencapai 1.078 MMSCFD, antara lain: Pupuk Iskandar Muda (PIM)-3 Pupuk Sriwijaya (Pusri) III Proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban Amurea Pupuk Kimia Gresik (PKG) Pabrik Methanol Bojonegoro Proyek Petrokimia Masela Pengembangan Amonia Banggai Proyek Ammonia dan Urea di Papua Barat Blue Ammonia Papua Barat.

Selain itu, Komaidi menyoroti pentingnya peningkatan kapasitas produksi LPG domestik. Konsumsi LPG Indonesia naik dari 8,02 juta ton pada 2020 menjadi 8,90 juta ton pada 2024. Namun, kapasitas produksi dalam negeri masih stagnan di 1,9 juta ton per tahun.

“Sementara kemampuan produksi LPG domestik stagnan pada kisaran 1,9 juta ton. Karena itu Indonesia harus mengimpor LPG sekitar 6,90 juta ton per tahun,” jelas Komaidi. Dampaknya, subsidi LPG dalam lima tahun terakhir mencapai sekitar Rp 453 triliun, dengan realisasi 40 persen hingga 60 persen dari total subsidi energi. Untuk impor, kebutuhan devisa mencapai Rp 64 triliun per tahun. Jika kapasitas produksi domestik ditingkatkan, kebutuhan subsidi maupun devisa impor berpotensi menurun.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments