(Kompas; 25 April 2015)
JAKARTA, PT Pertamina (Persero) harus bias menjaga efisiensi pengadaan bahan bakar minyak dan minyak mentah pasca pembubaran Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral. Fungsi pengadaan yang kini diambil Integrated Supply Chain, divisi usaha milik Pertamina, harus transparan dan mudah diaudit negara.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu mengatakan, terkait rencana Pertamina membubarkan Petral, pemerintah hanya menginginkan efisiensi dan transparansi pengadaan bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah dijaga. Soal pembubaran itu, katanya, adalah urusan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Pertamina.
“Itu urusan BUMN (soal pembubaran Petral). Kementerian ESDM hanya menginginkan pengadaan BBM dan minyak mentah tetap efisien dan transparan,” kata Said, Jumat (24/4), di Jakarta.
Said percaya bahwa sejak peran pengadaan BBM dan minyak mentah oleh Integrated Supply Chain (ISC), transparansi bias dijaga Pasalnya, ISC berbadan hukum di Indonesia dan berkantor di Jakarta. Apabila berkantor di Singapura, imbuh dia, transparansi sulit diterapkan termasuk dilakukannya audit.
Meski demikian, Said mengatakan bahwa Pertamina tetap memerlukan perusahaan yang menjadi perpanjangan tangan Pertamina dalam hal perdagangan minyak. Ia menekankan bahwa perusahaan tersebut harus. murni perusahaan perdagangan atau jual beli minyak.
Senada dengan Said, pengamat energi dari Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, adalah lazim sebuah perusahaan migas memiliki unit usaha yang khusus menangani jual beli minyak. Sebab, pada umumnya perusahaan induk tidak mau repot melakukan jual beli minyak secara langsung, tetapi lewat unit usahanya.
“Yang penting unit usaha yang menjadi perusahaan dagang itu harus tunduk pada seluruh kebijakan perusahaan induknya. Jika tidak, maka tidak akan berbeda situasinya dengan sebelum Petral dibubarkan,” ucap Pri Agung.
Sebelumnya diberitakan bahwa Pertarnina berniat membubarkan Petral. Seluruh pengadaan BBM dan minyak mentah diambil alih oleh ISC sejak Januari 2014. Proses tersebut, menurut Pertamina, berakibat timbulnya efisiensi.