(KOMPAS; 5 November 2015)
JAKARTA, Pemerintah harus bisa mencegah praktik mafia minyak dan gas bumi terkait dengan hasil audit terhadap Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral, unit usaha PT Pertamina (Persero) bidang pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak.
Pemerintah pernah menyatakan apabila audit menemukan penyimpangan akan dibawa ke ranahhukum. Pengamat energi dari Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, tujuan audit terhadap Petral adalah untuk menemukan praktik inefisiensi dalam hal pengadaan minyak mentah dan BBM. Apabila ada dugaan kerugian negara dari praktik tersebut, harus diproses ke ranah hukum.
“Diharapkan dari hasil audit nanti bisa mencegah praktik yang sama terjadi atau terulang kembali,” kata Pri Agung, Kamis (5/11), di Jakarta.
Apabila ditemukan dugaan pelanggaran yang berpotensi merugikan negara, kata Pri Agung, selain diproses ke ranah hukum, penyelesaiannya bisa juga lewat pembubaran Petral. Apabila tak dibubarkan, bisa juga dilakukan pembenahan atau perbaikan.
Pada Mei 2015, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan, apabila audit menemukan penyimpangan, temuan itu akan dibawa ke ranah hukum. Audit dilakukan sebelum Petral benar-benar dilikuidasi yang ditargetkan tuntas pada April 2016 (Kompas, 18/5).
Pihak Pertamina mengakui bahwa audit terhadap Petral sudah rampung dan hasilnya sudah diterima jajaran direksi. Namun, hasil audit itu masih akan dibahas di tingkat direksi dan komisaris Pertamina. Audit dilakukan KordaMentha, lembaga yang bergerak di sektor konsultan investasi dan audit yang berdiri di Australia.
“Akan kami cek terlebih dahulu hasilnya dan akan dibahas dengan para pemegang saham,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro.
Audit terhadap Petral terkait dengan rekomendasi yang diberikan Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang diketuai Faisal Basri. Pada akhir 2014, tim itu merekomendasikan agar Petral tak lagi diberi wewenang pengadaan minyak mentah dan BBM. Ditengarai, pengadaan oleh Petral menimbulkan inefisiensi.
Pertamina lantas bertindak cepat dengan mengalihkan pengadaan minyak mentah dan BBM ke Integrated Supply Chain (ISC) mulai Januari 2015. Sejak pengadaan minyak mentah dan BBM diambil alih ISC, Pertamina mengklaim ada penghematan 30 sen dollar AS sampai 40 sen dollar per barrel.