Friday, November 22, 2024
HomeReforminer di Media2015Sektor Migas Makin Tertekan

Sektor Migas Makin Tertekan

(Kompas, 19 Agustus 2015)

Pemerintah Bisa Membantu Beri Kemudahan

JAKARTA,- Sektor hulu minyak dan gas bumi di Indonesia bakal makin tertekan menyusul jatuhnya harga minyak menjadi 41,75 dollar AS per barrel atau terendah dalam kurun enam tahun terakhir. Pemerintah bias mengurangi tekanan dengan member kemudahan bagi dunia bisnis sektor tersebut.

Seperti yang dilaporkan AFP, Selasa (18/8), minyak WTI (West Texas Intermediate) untuk pengiriman September 2015 jatuh ke level terendah dalam enam tahun terakhir menjadi 41,75 dollar AS per barrel. Bulan lalu, minyak WTl dijual sedikit di atas 50 dollar AS per barrel. Anjloknya harga minyak tersebut dipicu produksi AS melimpah, sementara permintaan menurun.

Pengamat energi dari Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan, rendahnya harga minyak dunia semakin menekan sektor bisnis hulu minyak dan gas bumi (migas) dalam negeri. Belanja investasi untuk eksplorasi dan produksi dipastikan turun seiring makin rendahnya harga minyak dunia.

“Harga minyak yang rendah kian memberi tekanan pada sector hulu migas berikut industry pendukungnya di dalam negeri. Belanja investasi untuk riset, penemuan, dan aplikasi teknologi eksplorasi dan produksi baru akan semakin tidak mendapatkan porsinya,” kata Pri Agung.

Pemerintah, lanjut .Pri Agung, sebaiknya mengimbangi kondisi tersebut dengan memaksimalkan tugas sebagai fasilitator dan katalisator bagi industri sektor hulu migas. Misalnya, percepatan keputusan atas pelaksanaan proyek eksplorasi atau pengembangan lapangan migas. Hal lain, penyederhanaan izin dan birokrasi.

“Jika hal itu bisa direalisasikan, tak hanya berdampak positif pada aspek fiskal bagi industri, tetapi sekaligus merupakan insentif nonfiskal yang sangat dibutuhkan di tengah harga minyak rendah,” kata Pri Agung.

Hal senada dikatakan Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk Lukman Mahfoedz. Menurut dia, sektor migas yang menjadi salah Satu tulang punggung pendapatan negara tetap perlu didorong agar investasi terus berjalan. Investasi migas adalah kunci mempertahankan dan meningkatkan produksi.

“Hasil analisis Asosiasi Perminyakan Indonesia menunjukkan, peningkatan kegiatan eksplorasi

hingga tiga kali lipat dari yang ada sekarang ini dapat mengurangi sampai 50 persen kesenjangan permintaan dan pasokan migas tahun 2025,” kata Lukman.

Sebelumnya, kendati harga minyak sedang merosot, pemerintah belum berencana menurunkan

harga jual bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said memutuskan tidak akan mengubah harga jual BBM. Pertimbangannya, antara lain menciptakan stabilitas di masyarakat.

Periode pengkajian harga BBM, lanjut Sudirman, juga akan dikaji dari yang semula setiap bulan sekali menjadi enam bulan sekali. Keputusan mengenai waktu pengkajian harga BBM diperkirakan bisa diambil pada November atau Desember mendatang. Mulai tahun depan juga akan ditetapkan batas atas dan batas bawah harga jual BBM di masyarakat. (APO)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments