Friday, November 22, 2024
HomeReforminer di Media2020Selama rupiah anjlok dan corona mewabah, penyesuaian harga BBM tidak berefek

Selama rupiah anjlok dan corona mewabah, penyesuaian harga BBM tidak berefek

www.kontan.co.id: Senin, 23 Maret 2020 / 18:30 WIB

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia terus mengalami penurunan, sehingga memungkinkan terjadinya penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun, kebijakan ini pun memiliki plus dan minusnya tersendiri. Sebagai catatan, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent sama-sama berada di kisaran US$ 20 per barel pada saat ini.

Pengamat minyak dan gas (migas) Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto menilai, di atas kertas penurunan harga minyak global dapat dimanfaatkan untuk penerapan kebijakan-kebijakan di sektor energi yang memberi dampak luas bagi masyarakat.

Kebijakan tersebut bukan hanya penurunan harga BBM, melainkan juga memperbanyak stok BBM dalam jangka pendek.

Kemudian, jika kondisinya mendukung, dalam jangka pendek hingga menengah pemerintah juga bisa mulai mengkaji kemungkinan menerapkan harga BBM tanpa subsidi. Dengan kata lain, Indonesia bisa keluar dari belenggu subsidi harga BBM.

“Tapi ini dengan catatan seluruh stakeholder konsisten dalam menerapkan kebijakan lanjutan seperti evaluasi dan penyesuaian harga BBM secara berkala,” ungkap dia, Senin (23/3).

Hanya saja, karena kurs rupiah juga terdepresiasi dihadapan dolar Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini, maka kebijakan penyesuaian harga BBM tidak bisa dilakukan dengan mudah dan perlu kajian yang lebih komprehensif.

Sekadar informasi, berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah pada penutupan perdagangan hari ini (23/3) anjlok 3,85% ke level Rp 16.575 per dollar AS.

Pri menyebut, bisa saja dampak penurunan harga jual BBM akan terganggu atau bahkan tidak terasa karena pelemahan rupiah yang cukup signifikan. “Belum tentu bagi operator BBM kebijakan seperti itu dapat dijalankan,” tambah dia.

Tantangan lain muncul dari penyebaran virus Corona di Indonesia. Pri menganggap, penurunan harga BBM kelak belum tentu bermakna karena Indonesia berada dalam kondisi tanggap darurat Covid-19. Akibatnya, mobilitas masyarakat dan pergerakan roda ekonomi berkurang sehingga mempengaruhi permintaan terhadap BBM.

Maka dari itu, upaya penanganan virus Corona di Indonesia menjadi sangat krusial. “Penanganan Covid-10 jauh lebih penting dan akan menjadi penentu atas kondisi perekonomian nasional ketimbang efektif tidaknya kebijakan ekonomi-energi nasional itu sendiri,” papar dia.

Pri lantas berpendapat, penurunan harga BBM yang menjadi bagian stimulus ekonomi hanya dapat berdampak positif ketika wabah Corona berakhir dan aktivitas perekonomian masyarakat kembali normal.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments