Harga minyak mentah (ICP), lifting minyak dan nilai tukar Rupiah berperan penting dalam postur APBN Indonesia. Ketiganya merupakan bagian dari asumsi makro penyusunan APBN.
Berdasarkan studi ReforMiner, sensitivitas harga minyak mentah (ICP), lifting minyak dan nilai tukar Rupiah terhadap penyusunan APBN adalah sebagai berikut:
Dampak Perubahan Asumsi (APBN 2020)
- Penurunan harga minyak (ICP) sebesar 1 USD/barel (nilai tukar Rupiah dan lifting minyak bumi diasumsikan tidak berubah) berpotensi menurunkan PNBP Minyak Bumi sekitar Rp 1,53 triliun dan PPh Minyak Bumi sekitar Rp 273,46 Milyar.
- Penurunan lifting minyak bumi sebesar 1.000 barel/hari (harga minyak dan nilai tukar Rupiah diasumsikan tidak berubah) berpotensi menurunkan penerimaan PNBP Minyak Bumi sekitar Rp 128,22 milyar dan PPh Minyak Bumi sekitar Rp 22,81 milyar.
- Pelemahan Rupiah sebesar Rp 100/USD (harga minyak dan lifting minyak bumi diasumsikan tidak berubah) berpotensi meningkatkan penerimaan PNBP Minyak Bumi sekitar Rp 672,27 milyar dan PPh Minyak Bumi sekitar Rp 119,63 milyar.
- Penurunan harga minyak sebesar 1 USD/barel (nilai tukar Rupiah, PPN, PBBKB, dan komponen harga BBM yang lain diasumsikan tetap) berpotensi menurunkan biaya penyediaan BBM sekitar Rp 100/liter.
- Pelemahan nilai tukar Rupiah sebesar Rp 100/USD (harga minyak, PPN, PBBKB, dan komponen harga BBM yang lain diasumsikan tetap) berpotensi meningkatkan biaya penyediaan BBM sekitar Rp 100/liter.
Berdasarkan studi ReforMiner tersebut, beberapa poin kesimpulan terkait sensitivitas harga dan lifting minyak, nilai tukar Rupiah terhadap penyusunan APBN adalah sebagai berikut:
- Dibandingkan penurunan lifting migas, penurunan harga minyak dan pelemahan nilai tukar Rupiah berpotensi memberikan dampak negatif yang lebih besar terhadap postur APBN secara keseluruhan.
- Meskipun dengan penurunan harga minyak belanja subsidi BBM berkurang, akan tetapi pendapatan negara dari penerimaan minyak bumi (PNBP dan PPh Minyak Bumi) berpotensi mengalami penurunan lebih besar.
- Dalam konteks penghematan belanja subsidi BBM, relatif hanya dapat diperoleh dari subsidi minyak tanah yang mana kemungkinan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap berkurangnya belanja subsidi BBM di APBN. Hal tersebut dikarenakan: (1) subsidi BBM (Solar) yang volumenya relatif besar diberikan dengan mekanisme subsidi tetap untuk setiap liternya yang mana tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar Rupiah. (2) volume minyak tanah yang besaran subsidinya terkait langsung fluktuasi harga minyak mentah dan nilai tukar Rupiah relatif kecil.