Investor Daily: Rabu, 13 November 2019 | 10:47 WIB
JAKARTA, investor.id – Setelah temuan besar minyak terakhir di Blok Cepu pada 2001 dan gas di Blok Masela pada 2000, kegiatan eksplorasi dalam skala besar akhirnya kembali dilakukan di Indonesia guna mencari temuan migas raksasa. Kegiatan eksplorasi berupa seismik 2D dari lepas pantai Bangka hingga Papua ini dilakukan oleh PT Pertamina (Persero).
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengatakan, pelaksanaan survei seismik 2D tersebut sesuai komitmen kerja pasti (KKP) yang dijanjikan perseroan ketika memperoleh pengelolaan Blok Jambi Merang untuk 20 tahun mendatang. Survei seismik ini merupakan kegiatan KKP pertama yang dilakukan di wilayah terbuka Indonesia.
“Cakupan survei seismik ini dari lepas pantai Bangka di wilayah barat Indonesia sampai ke Papua di wilayah timur Indonesia dengan lintasan 30 ribu kilometer (km),†kata dia ketika melepas kapal seismik Elsa Regent yang menandai dimulainya survei seismik KKP Jambi Merang, di Jakarta, Selasa (12/11).
Mengacu data Pertamina, KKP yang dijanjikan perseroan di Blok Jambi Merang mencapai US$ 239,2 juta hingga 2024. KKP ini untuk mendanai kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, di mana Pertamina khusus mengalokasikan US$ 196,5 juta untuk kegiatan eksplorasi guna meningkatkan penemuan cadangan. Di tahun ini, KKP yang dikucurkan sebesar US$ 20,46 juta.
Pada tahun pertama, kegiatan KKP Jambi Merang ini yakni survei seismik baik di dalam maupun di luar wilayah kerja, termasuk seismik 30 ribu km tersebut. Selain itu, Pertamina juga sedang melaksanakan survei seismik 3D di dalam Blok Jambi Merang seluas 237 kilometer persegi (km2).
Dharmawan menambahkan, data hasil survei seismik ini akan diserahkan kepada pemerintah. Adanya data ini diharapkan bisa menggairahkan investasi hulu migas di Indonesia dan menjadi salah satu jalan menunju ditemukannya cadangan migas raksasa (giant discovery). “Bagi Pertamina, survei seismik 2D ini milestone besar komitmen eksplorasi new venture yang akan menambah cadangan migas di Indonesia,†tutur dia.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menuturkan, kegiatan survei seismik 2D ini akan dilakukan dalam enam bulan ke depan atau selesai di kisaran pertengahan 2020. Kegiatan survei seismik ini dilaksanakan oleh single operator, yakni Elnusa, dan menggunakan teknologi 2D seismic marine broadband.
“Ini penting karena dalam 10 tahun terakhir ini adalah seismik terbesar, bukan hanya di Indonesia tetapi juga Asia Pasifik. Ada 29 cekungan migas yang dilalui. Mudah-mudahan kita bisa dapat data yang sangat berarti,†ujarnya. Beberapa cekungan yang dilewati dan diindikasikan memiliki potensi sumberdaya migas yang besar (giant discovery) di antaranya Bangka Offshore area, Makassar Strait, dan Buton Offshore.
Terkait hasil seismik, lanjutnya, Pertamina akan memiliki hak khusus untuk mengevaluasi dan memilih potensi migas yang akan dikembangkan selama satu tahun. Setelah itu, data ini akan dibuka kepada perusahaan migas lain yang berminat menanamkan modalnya di hulu migas Indonesia. Pemberian waktu selama satu tahun ini sesuai ketentuan yang berlaku dan lantaran pengelolaan data membutuhkan waktu.
“Ini akan berikan dampak persepsi ke investor bahwa eksplorasi di Indonesia semakin terbuka,†tegas Dwi. Pihaknya optimis pemenuhan KKP di Blok Jambi Merang ini akan berdampak positif dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai, jika kegiatan seismik yang dilakukan Pertamina menghasilkan data yang bagus, hal ini akan positif untuk iklim hulu migas Indonesia. Pelaksanaan eksplorasi memang sulit dilakukan sendiri oleh pemerintah lantaran terbatasnya anggaran.
“Sehingga mengandalkan Pertamina merupakan salah satu opsi,†ujarnya.