Monday, November 25, 2024
HomeReforminer di Media2020ICP Di Bawah US$ 35, KKKS Migas RI Revisi Target Produksi

ICP Di Bawah US$ 35, KKKS Migas RI Revisi Target Produksi

CNBC Indonesia, 6 April 2020

Jakarta, CNBC Indonesia – Anjloknya harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) bulan Maret berdampak pada kontraktor migas yang ramai-ramai merevisi target produksi.

Hal ini disampaikan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto.

“Di bawah ICP US$ 35, mulai banyak yang mereschedule program pengembangan,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Senin, (06/04/2020).

Sementara mengenai dampak anjloknya harga minyak pada lifting, SKK Migas masih melakukan penghitungan. “Masih dikalkulasi,” ungkap Wakil Kepala SKK Migas Fataryani Abdurrahman.

Pengamat Migas dari Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto mengatakan dampak terhadap lifting dalam jangka pendek belum terasa, karena operasi masih bejalan seperti biasa. Namun, dalam dua sampai tiga bulan ke depan dampaknya akan mulai terasa.

Mulai ada perlambatan mobilitas, baik di dalam pergerakan orang maupun logistik. Kondisi ini dipastikan akan berdampak pada kegiatan operasional di hulu dan kemudian lifting. “Harga minyak yang rendah, cepat atau lambat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan melakukan penyesuaian di dalam budget dan expenses,” jelasnya.

Di jangka pendek, imbuhnya, akan berdampak ke anggaran untuk kegiatan lifting. Lalu jangka menengah dan panjang berdampak ke investasi lain seperti eksplorasi, enhanced oil recovery (EOR), maupun projek-projek baru.

“Berapa kuantitatifnya? Saya kira semua sedang berupaya menghitungnya, sambil terus memantau perkembangan yang terjadi. Kalau hanya harga minyak yang turun, lebih mudah memperkirakannya, tetapi ini juga bersamaan dengan pandemi Covid-19, sehingga memang lebih kompleks,” jelasnya.

Menghadapi kondisi ini peran pemerintah dibutuhkan untuk memberikan stimulus atau insentif agar investasi dan kegiatan operasional dunia usaha tetap berjalan. Anjloknya harga minyak menurutnya bisa menjadi momentum untuk merubah paradigma kebijaka hulu migas nasional.

“Bukan saatnya lagi di hulu migas kita memprioritaskan aspek penerimaan negara sebagai yang utama. Pemerintah tidak perlu lagi mengambil porsi penerimaan negara yang terlalu besar dari migas di hulu. Tetapi lebih penting dari itu adalah bagaiman hulu tetap dapat menarik investasi,” tuturnya.

Seperti diketahui, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) bulan Maret terjun bebas 39,5% menjadi US$ 34,23 per barel. Atau anjlok US$ 22,38 per barel dibandingkan bulan sebelumnya US$ 56,61 per barel.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments