Bisnis.com;07 April 2023
Bisnis.com, JAKARTA — Pengajuan revisi rencana pengembangan lapangan atau plan of development (PoD) untuk penambahan fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di proyek LNG Abadi Blok Masela dinilai dilematis.
Ahli Ekonomi Energi dan Perminyakan Universitas Trisakti dan juga pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai pengajuan revisi PoD untuk pemasangan CCS itu berpotensi untuk memundurkan jadwal operasi komersial atau onstream lapangan yang ditarget efektif pada 2027 mendatang. Konsekuensinya, Pri menggarisbawahi, keekonomian proyek ikut terkerek naik dari perencanaan awal.
“Hitungan keekonomian proyek dengan adanya CCS ini tentu akan berbeda. Perlu waktu dan proses lagi untuk me-review dan melakukan kajian teknis untuk menilai dan mengevaluasinya,” kata Pri saat dihubungi, Jumat (7/4/2023).
Pri tidak menampik dengan adanya penambahan fasilitas CCS itu bakal membuat proyek Abadi Masela bakal terlihat menarik dikerjakan di tengah tren transisi energi saat ini. Hanya saja, mundurnya target operasi komersial lapangan turut menjadi faktor krusial ihwal keekonomian proyek nanti.
Di sisi lain, dia menggarisbawahi, rencana memasukkan fasilitas CCS lapangan Masela sebagai petroleum operation atau operasi perminyakan bakal membutuhkan waktu persetujuan dari Menteri ESDM Arifin Tasrif. Artinya, kepastian cost recovery untuk pemasangan fasilitas penangkapan karbon itu belum juga terang kendati peraturan teknis CCS/CCUS sudah diterbitkan awal tahun ini.
“Dari sisi jadwal dan keekonomian proyek secara keseluruhan ada potensi dampak negatifnya yang perlu menjadi catatan, berkaitan dengan kondisi dan dinamika market gas global, keputusan investasi dan timing-nya sehingga kapan proyek itu onstream adalah hal yang penting,” kata dia.
Hitung-hitungan awal SKK Migas terkait dengan PoD Blok Masela itu memperlihatkan potensi molornya target onstream lapangan selama 2 tahun yang sebelumnya dipatok komersial pada 2027 mendatang. Sejauh ini, tambahan belanja modal untuk fasilitas CCS di Blok Masela diperkirakan mencapai US$1,4 miliar atau setara dengan Rp21,02 triliun (asumsi kurs Rp15.015 per US$).
Seperti diberitakan sebelumnya, Inpex Corporation, lewat anak usahanya Inpex Masela Ltd, telah resmi menyampaikan revisi rencana pengembangan lapangan atau plan of development untuk penambahan fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di proyek LNG Abadi Blok Masela kepada pemerintah.
Penyampaian revisi rencana pengembangan lapangan itu dilakukan seiring dengan rencana PT Pertamina (Persero) bersama dengan Petroliam Nasional Berhad atau Petronas untuk melakukan penawaran mengikat atau binding offer atas 35 persen hak partisipasi yang ingin dilepas Shell Upstream Overseas Ltd di proyek LNG Abadi Blok Masela bulan ini.
Pada pertengahan 2019 lalu, operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd, meminta waktu untuk merevisi kembali PoD awal lapangan gas yang belakangan masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) kepada pemerintah. Inpex saat itu beralasan ingin memasukkan fasilitas CCS ke dalam pengembangan lapangan untuk meningkatkan daya saing blok migas tersebut di tengah transisi energi yang sedang bergulir.