Liputan6.com; 21 Mei 2023
Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga BBM dinilai punya andil dalam meningkatnya inflasi. Termasuk dampak yang terjadi usai pemerintah menaikkan harga Jenis BBM Khusus Penugasan atau Pertalite sejak tahun lalu.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, pemerintah lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan penyesuaian harga BBM. Ketimbang penyesuaian harga, pemerintah cenderung memilih untuk pembatas konsumsi Pertalite di 2023 ini.
“Berdasarkan review ReforMiner, dampak inflasi yang ditimbulkan dari kebijakan penyesuaian harga BBM selama periode 2022-2023 relatif terkelola. Inflasi selama periode 2022-2023 tercatat masih berada pada level single digit,” ujar Komaidi dalam hasil riset ReforMiner Institute, Minggu (21/5/2023).
“Sementara, kebijakan penyesuaian harga BBM yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya pernah tercatat dapat mendorong tingkat inflasi pada level double digit,” sambung dia.
Disamping melakukan pembatasan konsumsi BBM, pemerintah mulai memperkenalkan penyesuaian harga BBM secara berkala. Ini berlaku bagi Jenis BBM Umum (JBU) seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan lainnya.
Komaidi menilai, kebijakan penyesuaian harga jenis BBM Umum (non-subsidi) yang dilakukan secara berkala dengan besaran proporsional memberikan kontribusipositif terhadap tingkat inflasi yang lebih stabil.
“Selain telah berhasil membiasakan masyarakat atau konsumen dengan naik dan turunnya harga BBM, kebijakan penyesuaian harga jenis BBM Umum juga terpantau memperoleh respon yang baik dari para pelaku usaha dan sektor-sektor ekonomi pengguna BBM,” kata dia.
Pengaruh Inflasi
Lebih lanjut, Komaidi melihat dampak langsung antara penyesuian harga BBM ke tingkat inflasi. Ada 2 kategori BBM yang digunakan.
Pertama, BBM dengan kategori kandungan RON rendah. Kedua, BBM dengan kategori kandungan RON tinggi. Komaidi mencatat, penyesuaian atau kenaikan harga BBM dengan RON lebih rendah punya pengaruh lebih besar ke tingkat inflasi.
“Penyesuaian harga BBM dengan Research Octane Number (RON) yang lebih rendah tercatat memberikan dampak inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dampak inflasi dari penyesuaian harga BBM dengan RON yang lebih tinggi. Hal tersebut salah satunya karena porsi volume konsumsi jenis BBM dengan RON rendah relatif lebih besar,” bebernya.
Harga Pertalite Bisa Turun
PT Pertamina Patra Niaga buka kemungkinan harga BBM subsidi jenis Pertalite (RON 90) bisa turun dari ketetapan harga saat ini, Rp 10.000 per liter. Namun, penetapan harga baru Pertalite harus melihat beberapa faktor.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, penetapan harga Pertalite mengacu pada tiga poin, antara lain penurunan harga minyak mentah dunia, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan acuan patokan harga BBM berdasarkan Mean of Plats Singapore (MOPS).
“(Harga Pertalite) mungkin turun, tapi kembali ke tiga poin tadi. Apakah harga minyak bisa turun sampai ke bawah USD 60 atau 50 per barel dan kurs menguat cukup dalam, mops juga turun. Jalau itu semua masuk ya tentunya akan disesuaikan. Kembali pemerintah akan melihat itu,” ujar Irto kepada Liputan6.com di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (17/5/2023).
Irto tak memungkiri, harga minyak dunia saat ini tengah lesu dibandingkan 2020 lalu, yang tembus lebih dari USD 100 per barel. Namun, Pertamina tak mau gegabah menyikapi fluktuasi harga minyak dunia tersebut.
“Saat ini memang masih harganya USD 70-80 an (per barel), turun besok, naik lagi besoknya. Kurs juga. Kayak kemarin emang turun ya kita turunkan,” imbuh dia.
Berubah Tiap Bulan
Acuan tiga poin tersebut juga berlaku untuk menentukan harga BBM non-subsidi. Seperti diketahui, sejumlah produk BBM non-subsidi milik Pertamina mengalami pemotongan harga per 1 Mei 2023, yakni Pertamina Dex dan Dexlite.
Adapun saat ini Pertamina rutin melakukan perubahan harga BBM, khususnya non-subsidi setiap bulan. Namun, Irto belum beri bocoran harga BBM non-subsidi pada Juni 2023 akan seperti apa.
“Nanti kita lihat, kita umumkan tiap awal bulan. Sekarang sih belum nampak jelas. Kita ambil (perhitungan) sampai 20an, rata-rata seperti apa, akan kita lihat bulan depan,” pungkas Irto.