Thursday, November 21, 2024
HomeReforminer di Media2023Indonesia Butuh Sumber Migas Baru dari ”Lapangan Hijau”

Indonesia Butuh Sumber Migas Baru dari ”Lapangan Hijau”

Kompas.com;16 Desember 2023

JAKARTA, KOMPAS — Indonesia perlu menemukan sumber minyak dan gas bumi raksasa dari lapangan hijau (greenfield) jika ingin target produksi siap jual (lifting) minyak bumi sebesar 1 juta barel pada 2030 tercapai. Temuan sumber migas baru, dengan skala relatif kecil, tetap menjadi hal positif meskipun hanya akan mampu menahan penurunan laju produksi.

Beberapa waktu lalu, PT Pertamina EP menemukan dua sumber migas baru di Jawa Barat. Pertama yaitu Sumur East Akasia Cinta (EAC)-001 di Kabupaten Indramayu, dengan laju air minyak 30 barel per hari. Kedua, Sumur East Pondok Aren (EPN)-001 di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dengan rate (produksi) minyak sebesar 402 barel per hari. Dihasilkan juga gas dari kedua sumur tersebut.

Dosen Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto mengatakan, adanya temuan sumber migas baru menjadi hal positif. Artinya, ada sumur-sumur baru yang segar, yang dapat membantu menahan laju penurunan produksi yang secara alami terjadi pada sumur-sumur tua.

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan target capaian 1 juta barel minyak per hari pada 2030, masihlah jauh. ”Bahwa itu disebutkan bagian dari program untuk menyesuaikan (capaian produksi minyak bumi), iya. Namun, skalanya hanya untuk menahan laju pada sumur-sumur Pertamina. Apabila ditarik ke target produksi nasional, jika yang lain tak ikut mencari, sulit,” ujar Pri Agung, saat dihubungi, Jumat (15/12/2023).

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), lifting minyak bumi per 31 Oktober 2023 hanya 604.300 barel per hari. Terjadi penurunan dibandingkan dengan capaian semester I-2023 yang diakibatkan, di antaranya adanya kebocoran pipa-pipa akibat fasilitas produksi yang menua.

Menurut Pri Agung, target lifting minyak bumi sebanyak 1 juta barel per hari pada 2030 semakin tidak realistis. Dua hal perlu menjadi strategi utama. Pertama yaitu menahan laju penurunan produksi di sumur-sumur migas yang ada. Kedua, harus menemukan sumber-sumber migas baru di greenfield, bukan brownfield, atau di sekitar lapangan yang sudah ada.

”(Greenfield) itu posisinya ada di Indonesia timur, di laut dalam. Semua, termasuk pemerintah, pun sudah tahu sebenarnya. Namun, itu membutuhkan investasi besar dan ada kepastian siapa yang mau masuk ke situ,” ujar Pri Agung.

Sumber-sumber migas skala besar sebenarnya sudah atau baru ditemukan. Selain Blok Masela di Maluku, baru-baru ini juga ditemukan di Wilayah Kerja North Ganal, di Kalimantan Timur. Menurut Pri Agung, sebelum berbicara temuan-temuan baru, sebenarnya sumber-sumber yang sudah ditemukan itulah yang perlu dipercepat berproduksi.

Ia menambahkan, kendati temuan-temuan baru lebih pada gas bumi, minyak ikutannya pun berpotensi dalam jumlah besar. ”Sebagain besar itu memang lapangan gas, tetapi ikutan kondensatnya pasti ada. Kecenderungannya, (produksi) minyak yang dihasilkan dari situ pun lebih besar dibandingkan dengan temuan di sumur-sumur biasa. Minyak atau kondensatnya bisa sampai 10.000-15.000 barel per hari. Skalanya besar,” tutur Pri Agung.

Konsep baru

VP Explorations Pertamina EP, Indra Yuliandri, menuturkan, temuan sumber migas di dua sumur di Jabar ialah manifestasi dari implementasi strategi eksplorasi perusahaan yang masif dan agresif. Pengeboran sumur EPN-001 juga pembuktian konsep baru berupa stratigraphic trap di Formasi Lower Cibulakan, Subcekungan Ciputat.

”Pengeboran ini menjadi salah satu pionir dalam pembuktian konsep eksplorasi yang berbeda untuk menemukan serta membuka potensi akumulasi migas yang baru di area onshore Jawa Barat Utara,” kata Indra melalui siaran pers, Rabu (13/12/2023).

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, sejumlah capaian kegiatan hulu migas menunjukkan hal positif. Itu tecermin di antaranya dari sejumlah aspek. Misalnya angka penurunan produksi minyak yang pada tahun 2022 mencapai 6,9 persen berhasil ditekan menjadi 1,1 persen pada 2023. Capaian pada gas bumi lebih baik, yakni dari sebelumnya menurun 2,5 persen (2022) menjadi meningkat 1,3 persen.

Menurut Dwi, salah satu faktor utama dalam pencapaian ini adalah keberhasilan eksekusi program kerja yang masif. Jumlah pengeboran mencapai 849 sumur hingga akhir tahun 2023, melampaui angka tahun sebelumnya yang hanya 790 sumur. ”Kegiatan work over (pengerjaan ulang) dan well service (perawatan sumur migas) juga meningkat signifikan, dari 30.755 kegiatan menjadi 35.849 kegiatan,” kata Dwi.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments