Saturday, November 23, 2024
HomeReforminer di Media2009Harga Minyak Mengancam, Beban Subsidi Meningkat

Harga Minyak Mengancam, Beban Subsidi Meningkat

Kompas, 12 September 2009

Jakarta, Kompas – Pemerintah meminta tambahan dana cadangan risiko fiskal dalam Rancangan APBN 2010 ditambah Rp 3 triliun-Rp 5 triliun dari rencana awal sehingga menjadi Rp 8,6 triliun-Rp 10,6 triliun. Alasannya, APBN 2010 menghadapi risiko asumsi harga minyak meleset sehingga beban subsidi bahan bakar minyak bertambah.

Saat ini, kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu, harga minyak mentah di pasar dunia sudah 70 dollar AS per barrel untuk transaksi kontrak pembelian untuk pengiriman minyak pada enam bulan ke depan. Adapun asumsi harga minyak dalam RAPBN 2010 hanya 60 dollar AS per barrel. Itu membutuhkan cadangan risiko fiskal tambahan, ujar Anggito di Jakarta, Jumat (11/9).

Menurut Anggito, risiko fluktuasi harga minyak mentah lebih tinggi dibanding risiko asumsi ekonomi makro lain, baik pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 5,5 persen, inflasi 5 persen, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 6,5 persen, maupun produksi minyak mentah siap jual 0,965 juta kiloliter. Harga minyak lebih tinggi dari asumsi APBN karena perbaikan ekonomi dunia yang memicu peningkatan permintaan global.

Nilai tukar rupiah diperkirakan akan diperkuat aliran dana masuk, baik dari investasi langsung maupun portofolio, katanya. BBM naik Pengamat Perminyakan Kurtubi berpendapat, harga minyak mentah tahun 2010 cenderung lebih tinggi dari 70 dollar AS per barrel. Jika asumsi harga minyak di APBN 2010 tidak diubah, tetap di 60 dollar AS per barrel, beban subsidi BBM akan meninggi. Ini bisa memaksa pemerintah menaikkan harga BBM. Agar opsi kenaikan harga BBM bisa dihindari pada 2010, harus diupayakan agar produksi minyak mentah domestik dinaikkan sehingga penerimaan negara dari minyak dan gas meningkat, tutur Kurtubi.

Dijelaskan, produksi minyak mentah seharusnya bisa dinaikkan menjadi 1 juta barrel per hari, lebih tinggi dibanding target dalam RAPBN 2010 yang hanya 965.000 barrel per hari. Adapun Direktur Eksekutif Institute Reforminer (Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi) Priagung Rahmanto menyatakan, kemungkinan naiknya harga BBM pada 2010 sangat besar. Ini karena kecenderungan ekonomi dunia yang semakin membaik. Selain karena sikap OPEC yang enggan menambah pasokan minyak mentah ke pasar internasional. Sebelumnya, pemimpin Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) beberapa kali menyebutkan, level harga yang kondusif adalah 70 dollar AS per barrel. Seluruh faktor itu mendorong penguatan harga minyak mentah ke level yang lebih tinggi dari 60 dollar AS per barrel.

Asumsi harga minyak di APBN 2010 sebesar 60 dollar AS per barrel terlalu rendah dan berisiko. Belum lagi target lifting ,965.000 barrel per hari sulit dicapai. Itu memberi tekanan pada APBN, kata Priagung. (OIN)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments