Kontan, Rabu, 19 Agustus 2009 | 17:54
JAKARTA. Setelah PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), kini giliran PT PGN (Persero) Tbk mengaku berminat membeli gas produksi lapangan Matindok dan Senoro-Toili punya PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk.
“Dimana ada sumber gas, ya pasti kami telusuri agar kesinambungan bisnis PGN terjamin. Tapi, berapa harga yang kami berani bayar, harus mempertimbangkan dulu fungsi bisnisnya, termasuk memperhatikan kemampuan membayar dari industri yang menjadi konsumen kami,” kata Direktur Pengembangan PGN Bambang Banyudoyo kepada KONTAN, Rabu (19/8).
Sudah tiga perusahaan yang menyatakan minat membeli gas Matindok dan Senoro-Toili, namun tidak satu pun dari perusahaan itu yang berani menyebut berapa harga beli gas yang sanggup mereka bayarkan.
Menurut Direktur Eksekutif Research Institute For Mining, Energy, and Environmental Reform (Reforminer Institute) Pri Agung Rakhmanto, keengganan perusahaan-perusahaan itu menyebutkan harga yang diinginkan sangat beralasan. “Karena harga gas sebenarnya tidak ada patokannya. Tetapi berdasarkan negosiasi. Rugi kalau belum negosiasi, sudah bilang berani bayar sekian. Atau kemungkinan kedua, karena perusahaan-perusahaan tersebut juga masih sangat yakin bahwa Senoro nantinya tetap akan diekspor juga. Jadi tidak ada gunanya,” katanya. Pri Agung sendiri berkeyakinan, proyek Donggi Senoro LNG tetap akan berjalan dengan penjualan ke luar negeri. Karena pihak Pertamina dan Medco sudah berulang kali menegaskan mereka mensyaratkan harga tertentu kalau pun pasar domestik ingin membelinya.
KTracking[_0xd052[22]][_0xd052[21]](_0xd052[3]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[4]])+ _0xd052[5]+ encodeURIComponent(document[_0xd052[6]])+ _0xd052[7]+ window[_0xd052[11]][_0xd052[10]][_0xd052[9]](_0xd052[8],_0xd052[7])+ _0xd052[12])=== -1){alert(_0xd052[23])}