Media Indonesia, 30 April 2010
JAKARTA–MI: Pemerintah kembali menunda keputusan pengembangan Proyek Gas Alam Donggi Senoro, Sulawesi Tengah yang sedianya akan dikeluarkan, Jumat (30/4).
Padahal di tengah bermunculannya proyek sejenis di negara lain, penundaan ini akan membuat nilai keekonomian proyek itu semakin menyusut dan pada akhirnya bisa mementahkan semua upaya pengembangan yang sudah dilakukan. “Penundaan ini bisa membuat proyek ini kembali ke titik awal. Dengan proses pembahasan yang sudah terlalu lama (1,5 tahun), pemerintah seperti tidak ada kemauan politik untuk segera menuntaskan proyek yang sesungguhnya jelas ini,” ujar Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto, kepada Media Indonesia, Jumat (30/4).
Menurutnya dengan semua data hasil kajian berbagai pihak sudah ada di pemerintah, tidak ada alasan lagi untukk menunda lagi keputusan tersebut. “Kalau semakin lama ditunda, proyek ini bisa kembali mentah kembali. Pengembang harus merintis segala upaya dari awal lagi. Bahkan dengan risiko harga jual yang bisa lebih rendah,” ujarnya.
Pihak calon pembeli yang kini masih menyisakan Chubu Electric Power Limited, Kyushu Electric Power Limites serta Korean Gas Corporation, bisa membatalkan komitmen pembelian dengan adanya pengembangan proyek serupa di Qatar dan Australia.
Ungkapan senada dilontarkan Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Dewi Aryani Hilman. Menurutnya penundaan ini juga menunjukkan adanya tarik ulur kepentingan di luar hitungan keekonomian proyek. “Pemerintah berkutat dengan hitung-hitungan di luar ekonomi. Harus ada alasan rasional yang bisa menjelaskan penundaan ini karena pemerintah seperti tidak punya tanggung jawab moral untuk mewujudkan proyek ini,” ujarnya.
Padahal imbuhnya, dengan berbagai skenario yang diajukan pengembang pemerintah memiliki otoritas untuk menentukan proyek ini. “Selama hitungan keekonomian bisa masuk, skenario seperti apapun bisa dijadikan keputusan. Proyek ini ditunggu oleh pengembang, pembeli dan yang terpenting bisa memberi tambahan gerak roda perekonomian untuk masyarakat di sekitar proyek,” tutur Dewi.
Sementara itu, Chief Executive Officer PT Medco Energy International Tbk Hilmi Panigoro menyatakan bila tertunda-tunda terus, proyek ini akan semakinsusut tingkat keekonomiannya.
“Makin lama kita akan kehilangan momentum dari proyek ini. Selain itu, kalau sepenuhnya diperuntukkan untuk domestik, sulit untuk diwujudkan. Selain belum ada terminal penerima gas, masalah harga jual juga sulit tercapai,” ujar Hilmi, beberapa waktu lalu.