Media Indonesia.com, 26 Oktober 2010
JAKARTAA�– MICOM: PT Pertamina (Persero) bersiap mengakuisisi 15% saham Blok Mahakam, Kalimantan Timur, yang dikelola Total Indonesie, pada 2011.
Juru bicara Pertamina M Harun di Jakarta, Senin (25/10), mengatakan, sebelum 2017, Pertamina secara bertahap menargetkan penguasaan 45% saham (participating interest/PI) Mahakam.
“Saat ini, kami sedang intensif melakukan negosiasi akuisisi ‘b to b’ dengan Total,” katanya.
Menurut dia, pihaknya ingin sumber daya dan investasi masuk lebih awal ke Mahakam sehingga proses transisi menuju 2017 berlangsung baik.
Selanjutnya, kata Harun, pendapatan negara juga dapat diamankan serta investasi tetap berjalan dengan baik.
Ia juga mengatakan, pihaknya menyambut baik keinginan Pemda Kaltim mengelola Mahakam bersama Pertamina sesudah 2017.
“Hal ini nanti yang akan kami sampaikan ke pemerintah,” ujarnya.
Sebelumnya, lembaga kajian migas dan tambang, Reforminer Institute mendesak pemerintah memberikan hak pengelolaan secara otomatis pada blok-blok yang akan habis masa konsesinya seperti Mahakam kepada Pertamina, sebagai perusahaan migas negara.
Direktur Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, pemberian hak pengelolaan itu bukan saja menjadi modal dasar bagi Pertamina berkembang menuju perusahaan kelas dunia, tetapi secara geopolitik juga memperkuat ketahanan energi nasional.
“Berakhirnya blok migas mesti dijadikan momentum menempatkan kembali peran dan posisi Pertamina sesuai hakikat dan tujuan pembentukannya,” ujarnya.
Menurut dia, Mahakam merupakan blok yang paling strategis dan habis kontraknya dengan Total EP Indonesie dan Inpex Corporation pada 2017.
Ia mengatakan, sekitar 35 persen produksi gas nasional dihasilkan Blok Mahakam dengan tingkat 3.200 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Blok Mahakam juga diperkirakan masih memiliki sebanyak 11,7% cadangan terbukti gas nasional atau 12,7 triliun kaki kubik (TCF).
“Hingga akhir kontrak 2017, berarti Total dan Inpex telah mengelola 50 tahun atau sudah cukup banyak menikmati keuntungan dari Blok Mahakam. Kini, saatnya dikelola bangsa sendiri,” ujarnya.
Bagi Indonesia, katanya lagi, penguasaan blok tidak semestinya hanya mengejar kesejahteraan ekonomi melalui keuntungan finansial semata yakni dari hasil produksi dan investasi.
“Yang ingin dicapai sesungguhnya adalah kesejahteraan ekonomi yang berdaulat. Bukan hanya industri migas nasional yang maju, tetapi juga memiliki kedaulatan,” ujar Pri Agung. (Ant/OL-3)