Berdasarkan data yang ada, selama 12 (duabelas) tahun terakhir (2000 – 2011) porsi batubara, LPG, dan listrik dalam bauran energi nasional mengalami peningkatan masing-masing sebesar 12,34 %; 11,17 %; dan 2,52 % setiap tahunnya. Sedangkan porsi gas alam dan BBM masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,37 % dan 2,52 % setiap tahunnya. Pengusahaan sektor batubara yang meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, menyebabkan porsi penggunaan batubara juga meningkat signifikan. Sedangkan Adanya implementasi kebijakan konversi BBM (minyak tanah) ke LPG yang efektif sejak 2007, porsi LPG terhadap bauran energi nasional juga semakin meningkat. Meski peningkatannya tidak sebesar batubara dan LPG, porsi penggunaan tenaga listrik dalam bauran energi nasional juga terus meningkat setiap tahunnya.
Studi ReforMiner menemukan bahwa porsi BBM terhadap bauran energi nasional cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Porsi BBM yang pada tahun 2000 sebesar 63,60 % terhadap bauran konsumsi energi nasional, turun menjadi 47,60 % pada tahun 2011. Dari hasil review, penurunan porsi penggunaan BBM terjadi pada hampir semua sektor ekonomi, termasuk sektor industri. Akan tetapi, penurunan porsi konsumsi BBM tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan penurunan volume konsumsinya. Artinya, secara volume konsumsi BBM oleh suatu sektor tetap atau bahkan meningkat. Akan tetapi karena konsumsi sumber energi yang lain mengalami peningkatan yang jauh lebih besar, maka porsi konsumsi BBM secara relatif menurun.Secara umum, menurunnya porsi penggunaan BBM oleh sektor-sektor ekonomi dipengaruhi oleh faktor penawaran dan substitusi energi.
Berkembangnya pengusahaan komoditas energi yang menjadi substistusi BBM seperti batubara dan gas, secara teoritis juga menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya porsi konsumsi BBM. Harga gas dan batubara yang relatif lebih rendah dibandingkan BBM, dapat menyebabkan kedua komoditas energi tersebut lebih dipilih dibandingkan BBM. Dalam 12 (duabelas) tahun terakhir, permintaan batubara oleh sektor industri mengalami peningkatan yang signifikan. Porsi konsumsi batubara sektor industri rata-rata mengalami peningkatan sebesar 10,37 % setiap tahunnya. Berdasarkan bauran energi sektor industri, porsi penggunaan batubara tercatat meningkat dari 15,46 % pada tahun 2000 menjadi 34,89 % pada tahun 2011. Sedangkan berdasarkan volumenya, konsumsi batubara sektor industri meningkat dari 8,58 juta ton pada tahun 2000 menjadi 34,42 juta ton pada 2011.
Studi ReforMiner juga menemukan fakta bahwa kondisi yang relatif berbeda terjadi pada perkembangan porsi konsumsi gas oleh sektor industri. Meski gas menjadi pilihan utama pemerintah untuk menggantikan BBM, dalam beberapa tahun terakhir perkembangannya tidak begitu signifikan. Bahkan, porsi konsumsi gas oleh sektor industri mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,35 % setiap tahunnya. Porsi konsumsi gas oleh sektor industri menurun dari 37,22 % pada tahun 2000 menjadi 28,88 % pada 2011. Berdasarkan volumenya, konsumsi gas oleh sektor industri sesungguhnya masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Konsumsi gas sektor industri meningkat dari 483.438 MMSCF pada tahun 2000 menjadi 666.195 MMSCF pada 2011. Akan tetapi, karena konsumsi jenis energi yang lain oleh sektor industri meningkat lebih besar, secara relatif porsi konsumsi gas oleh sektor industri mengalami penurunan.
BerdasarkanreviewReforMiner, menurunnya konsumsi BBM oleh sektor industri tersebut terdapat kemungkinan akibat sebagian disubstitusi dengan penggunaan BBM subsidi. Dalam hal ini, karena sifatnya lebih pada kebocoran distribusi BBM subsidi, maka sektor industri tidak akan mencatat dan menyampaikan berapa volume BBM subsidi yang mereka konsumsi. Disparitas harga yang cukup tinggi antara BBM subsidi dan non subsidi, sangat memungkinkan menjadi faktor pendorong sektor industri untuk menggunakan BBM bersubsidi. Pada saat realisasi konsumsi BBM bersubsidi terus meningkat, di sisi yang lain konsumsi BBM di sektor industri justru mengalami penurunan. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan kondisi ketersediaan infrastruktur gas yang masih relatif terbatas dan fakta bahwa tidak seluruhnya kebutuhan BBM sektor industri dapat disubstitusi dengan batubara dan gas, dapat disimpulkan terdapat faktor lain yang menyebabkan menurunnnya konsumsi BBM oleh sektor industri. Sejauh ini, dengan berbagai faktor yang ada penggunaan BBM subsidi oleh sektor industri diduga sebagai salah satu faktor kuat yang menyebabkan konsumsi BBM sektor industri cenderung menurun.
Berdasarkan volumenya, selama kurun waktu tahun 2000 – 2011, konsumsi BBM untuk jenis Kerosene, IDO, dan Fuel Oil, oleh sektor industri mengalami penurunan setiap tahunnya. Selama periode tersebut, konsumsi Kerosene, IDO, dan Fuel Oil, oleh sektor industri mengalami penurunan masing-masing sebesar 13,85 %, 17,98 %, dan 7,50 % setiap tahunnya. Sedangkan untuk konsumsi ADO oleh sektor industri dalam kurun waktu tersebut cenderung fluktuatif (naik-turun). Akan tetapi, secara rata-rata konsumsi ADO oleh sektor industri dalam kurun waktu 2000 – 2011 masih mengalami peningkatan sebesar 0,28 % per tahun. Penurunan konsumsi BBM oleh sektor industri tersebut secara teoritis sejalan (berbanding lurus) dengan peningkatan konsumsi batubara dan gas oleh sektor industri.
Berbanding lurus dengan volume konsumsinya, porsi penggunaan BBM oleh sektor industri dalam beberapa tahun terakhir juga cenderung mengalami penurunan. Sejalan dengan meningkatnya konsumsi gas dan batubara, porsi konsumsi BBM oleh sektor industri mengalami penurunan dari 32,13 % pada tahun 2000 menjadi 11,09 % pada tahun 2011. Pada tahun-tahun yang akan datang, porsi konsumsi BBM oleh sektor industri diperkirakan akan terus menurun. Penurunan porsi konsumsi BBM oleh sektor industri, selain disebabkan oleh menurunya volume konsumsinya juga akibat semakin meningkatnya konsumsi jenis energi lain oleh sektor industri. Sehingga, secara relatif porsi konsumsi BBM oleh sektor industri akan semakin rendah. Ketersedian (penawaran) sumber energi lain dengan harga yang lebih murah, secara teoritis merupakan faktor penyebab utama turunnya permintaan BBM oleh sektor industri. Permintaan BBM oleh sektor industri yang saat ini masih relatif besar, diperkirakan akibat infrastruktur penunjang energi yang lain belum cukup memadai. Jika ketersediaan infrastruktur gas nasional sudah cukup memadai, konsumsi BBM oleh sektor industri kemungkinan akan mengalami penurunan.