Komaidi Notonegoro
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute
Bisnis Indonesia,Senin 25 Mei 2015
Sebagian besar masyarakat menyambut positif kebijakan pembubaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
Sebagaimana informasi yang telah disampaikan ke publik, sejak 13 Mei 2015 Petral dan dua anak usaha Pertamina yaitu Pertamina Energi Service (PES) Pte Ltd dan Zambesi       Invesment Ltd atau Petral Group dibubarkan.
Sejak saat itu, kegiatan Petral Group secara resmi dihentikan dan diambil alih. Selanjutnya pengadaan minyak mentah dan BBM dilakukan langsung oleh Pertamina melalui Integrated Supply Chain  (ISC).
Berdasarkan informasi, pengambilalihan fungsi dan tugas Petral Group telah dilakukan sejak Januari 2015. Pada Januari 2015 ISC telah menyelenggarakan lelang pengadaan minyak mentah dan BBM yang sebelumnya menjadi tugas Petral Group. Dalam lelang tersebut Vitol Group dan Socar Trading terpilih sebagai pemenang untuk memasok minyak mentah, sedangkan Unipec terpilih sebagai pemenang untuk memasok Pertamax.
Pengalihan pelaksanaan lelang dari Petral Group ke ISC diinformasikan memotong dua-tiga mata rantai pengadaan. Diinformasikanpula, pemotongan tersebut memberikan sejumlah penghematan, di antaranya penghematan biaya pengadaan sekitar 30 sen-40 sen dolar AS per barel.
Selain itu, terdapat penghematan biaya letter ofcredit (LC) sekitar 2 sen-3 sen dolar AS per barel serta dan penghematan renegosiasi skema pengiriman dari sebelumnya cost and freight (CFR) menjadi free em board (FOB) sekitar US$100 juta per tahun.
Dengan kebutuhan impor minyak mentah dan BBM yang saat ini mencapai sekitar 300 juta barel per tahun dan asumsi nilai tukar rupiah Rp13.000 per dolar AS, maka jika informasi penghematan tersebut benar, pengalihan lelang dari Petral Group ke ISC akan menghemat sekitar US$200 juta-US$230 juta atau sekitar Rp2,6 triliun Rp3 triliun setiap tahun.
PERLU PARAMETER
Kebijakan pemerintah yang membubarkan Petral Group memang perlu diapresiasi karena mencerminkan upaya serius untuk meningkatkan perbaikan tata kelola sektor minyak dan gas nasional, khususnya menyangkut pengadaan minyak mentah dan BBM.
Namun demikian, apakah pembubaran Petral menjamin akan memberikan dampak positif?
Secara objektif dapat dijawab belum tentu. Seperti halnya pembubaran/penggantian organisasi atau lembaga yang lain, pembubaran Petral Group dapat memberikan dampak positif, negatif, atau tidak memberikan dampak apapun. Hal tersebut masih tergantung dari bagaimana perubahan parameter yang menjadi dasar pengambilan kebijakan setelah Petral dibubarkan.
ReforMiner menilai ada beberapa parameter yang dapat menjadi tolok ukur terhadap dampak (keberhasilan) dari kebijakan pembubaran Petral, di antaranya dampak terhadap harga BBM; dampak terhadap aspek fiskal (APBN); dampak terhadap kinerja keuangan perusahaan (Pertamina) dan dampak terhadap aspek moneter (kebutuhan devisa impor dan nilai tukar rupiah).
Potensi penghematan sekitar Rp2,6 triliun-Rp3 triliun setiap tahun dari pembubaran Petral, seharusnya akan tecermin dalam salah satu atau seluruh parameter tersebut. Secara sederhana efisiensi atau penghematan dalam pengadaan minyak mentah dan BBM akan tecermin dalam harga jual BBM yang lebih murah.
Apalagi selama tiga bulan pertama, realisasi penghematan dari pengalihan lelang ke ISC diinformasikan telah mencapai US$22 juta atau sekitar Rp286 miliar. Oleh karena itu, rencana kenaikan harga Pertamax dari Rp8.800 per liter menjadi Rp9.600 per liter-yang dibatalkan beberapa waktu yang lalu memang akan sulit dipahami/diterima oleh konsumen.
Jika variabel lain tetap atau ceteris paribus, kombinasi dari efisiensi pembubaran Petral dan harga minyak dunia yang cenderung rendah, akan membuat harga BBM menjadi lebih murah. Dalam konteks harga BBM di Indonesia, kedua kondisi tersebut memang tidak secara otomatis berdampak terhadap harga BBM yang lebih murah. Hal itu mengingat selamaini pemerintah memberikan subsidi harga BBM yang dijual di dalam negeri.
Dalam hal ini, untuk merespons perubahan tersebut pemerintah dapat memilih menurunkan harga BBM atau menurunkan besaran subsidi BBM dalam APBN.
Berdasarkan perkembangan yang ada, kecenderungan kebijakan yang kemungkinan besar akan diambil oleh pemerintah adalah mengurangi besaran subsidi di APBN. Harga BBM kemungkinan akan tetap dipertahankan, bahkan berpotensi dinaikkan jika pemerintah memandang perlu.
Pembubaran Petral yang diproyeksikan menghemat sekitar US$200 juta-US$230 juta per tahun, secara otomatis akan berdampak terhadap perbaikan kinerja keuangan Pertamina. Dalam hal ini minimal terdapat potensi bahwa kinerja kuangan konsolidasi Pertamina akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum Petral Group dibubarkan. Penghematan tersebut juga berpotensi meningkatkan nilai tukar rupiah seiring dengan berkurangnya kebutuhan devisa untuk melakukan impor.
Dalam Sudut pandang kebijakan, selain berpotensi positif pembubaran Petral juga akan memberikan konsekuensi tersendiri bagi pemerintah dan Pertamina. Dalam aspek transparansi, misalnya, publik berpotensi menuntut adanya peningkatan transparansi dalam proses pengadaan minyak dan BBM.
Aspek transparansi Petral Group yang sebelumnya diinformasikan terkendala oleh ketentuan regulasi Singapura dan Hong Kong, kini tidak lagi terjadi pada ISC. Mengingat sudah tidak terkendala oleh regulasi negara lain, BPK dan BPKP dapat melakukan audit dalam proses pengadaan minyak mentah dan BBM bilamana diperlukan.
Pembubaran Petral Group sesungguhnya bukan merupakan tujuan akhir, tetapi baru langkah awal atau pintu masuk untuk meningkatkan perbaikan tata kelola sektor minyak dan gas, khusunya yang terkait dengan pengadaan minyak mentah dan BBM.
Oleh karena itu, fokus pemerintah dan publik semestinya lebih ditujukan pada hasil akhir perbaikan tata kelola yang tecermin pada parameter yang jelas dan terukur. Jika pembubaran Petral Group tidak memberikan dampak positif berupa harga jual BBM yang lebih murah, pengurangan subsidi BBM, perbaikan kinerja keuangan Pertamina, dan/atau perbaikan nilai tukar rupiah, maka kebijakan tersebut akan menjadi sia-sia.
Semoga semua pihak tetap konsisten dan menyadari bahwa esensi dari pembubaran Petral Group adalah untuk meningkatkan efisiensi dan perbaikan tata kelola sektor migas, bukan pada hiruk-pikuk dan polemik pembubarannya.