Wednesday, January 15, 2025
HomeReforminer di Media2017Perebutan Sumber Energi Kian Ketat

Perebutan Sumber Energi Kian Ketat

KOMPAS: Rabu 17 Mei 2017

JAKARTA, KOMPAS Persaingan perebutan sumber energi di kawasan Asia kian ketat. Indonesia harus bersaing dengan negara-negara besar, seperti India, China, Jepang, dan Korea Selatan, untuk mengamankan pasokan energi, khususnya minyak dan gas bumi.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia yang terus berkurang seiring naiknya konsumsi di dalam negeri tidak diimbangi oleh penemuan cadangan baru. Jika tidak segera melakukan terobosan untuk meningkatkan cadangan lewat eksplorasi, Indonesia akan semakin bergantung pada impor energi dari negara lain.

Saat ini, setengah dari konsumsi bahan bakar minyak di dalam negeri didapat dari impor. Produksi di dalam negeri hanya sekitar 800.000 barrel per hari, sedangkan konsumsinya mencapai 1,6 juta barrel per hari, ujar Komaidi dalam diskusi tentang ketahanan energi nasional yang diselenggarakan Universitas Paramadina, Selasa (16/5), di Jakarta.

Menurut Komaidi, cadangan minyak Indonesia yang sekitar 3 miliar barrel tidak sampai 1 persen dari cadangan minyak dunia. Adapun konsumsi minyak Indonesia setara dengan 3 persen konsumsi minyak dunia. Sementara itu, produksi minyak Indonesia hanya 0,2 persen dari produksi minyak dunia.

Dengan pemetaan seperti itu, ketahanan energi Indonesia belum begitu kuat. Indonesia akan lebih banyak bergantung pada impor jika tidak segera bertindak, ujar Komaidi.

Sayangnya, upaya menarik investor hulu minyak dan gas bumi ke Indonesia tidak didukung oleh sistem yang kondusif. Iklim investasi hulu minyak dan gas bumi masih dibayangi ketidakpastian peraturan, situasi politik yang tidak stabil, dan minimnya pemberian insentif fiskal.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengakui bahwa regulasi hulu migas di Indonesia yang kerap berubah- ubah tidak menarik bagi investasi. Investor akan lebih banyak menunggu untuk tidak berinvestasi lantaran cemas akan ada perubahan aturan lagi di tengah jalan.

Inkonsistensi aturan itu menimbulkan ketidakpastian. Investor tentu cemas dan tidak berani mengambil keputusan investasi. Hal yang sangat diperlukan bagi investor adalah kepastian hukum dalam berbisnis, kata Amien.

Soal cadangan migas Indonesia yang kian menipis, kata Amien, Indonesia harus tetap optimistis. Masih banyak cekungan- cekungan yang berpotensi mengandung hidrokarbon yang belum diteliti lebih lanjut. Ada 74 cekungan yang sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia yang belum pernah diteliti.

Intinya, tidak perlu cemas. Negara semacam Jepang atau Korea Selatan yang notabene pengimpor energi justru menjadi negara maju. Masih banyak wilayah di Indonesia yang belum dieksplorasi kendati itu perlu biaya dan teknologi maju, ujar Amien.

Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sepanjang tahun 2016, produksi minyak Indonesia sebanyak 820.000 barrel per hari, sedangkan impornya 780.000 barrel per hari. Adapun produksi elpiji Indonesia sebanyak 2,1 juta metrik ton, sedangkan impornya 4,47 juta metrik ton.

Sementara itu, produksi gas domestik sebanyak 7.300 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), sedangkan yang diekspor sebanyak 2.400 MMSCFD. Seiring dengan naiknya konsumsi, Indonesia diperkirakan defisit minyak dan gas bumi pada tahun 2019.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments