Sunday, November 24, 2024
HomeReforminer di Media2017Harga Minyak Dunia 2017 Tak Akan Lebih dari USD55/Barel

Harga Minyak Dunia 2017 Tak Akan Lebih dari USD55/Barel

SINDONEWS.COM; Selasa, 16 Mei 2017 – 13:09 WIB

JAKARTA– Pengamat Migas dari ReforMiner Institut Pri Agung Rakhmanto menilai, harga minyak dunia tahun ini masih belum akan bergerak dari level rendah. Harga minyak dunia diprediksi hanya akan berada di kisaran USD50 hingga USD55 per barel.

Dia mengungkapkan, harga minyak dunia sudah menyusut sejak pertengahan 2014. Namun, hingga saat ini harganya belum akan membaik mesipun Organisasi Negara Pengekspor Minyak Dunia (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC) telah memangkas produksi minyaknya.

“2017 masih akan bertahan rendah, belum akan melebihi USD60. Masih di angka USD50-USD55. Sudah agak naik karena OPEC memutuskan memangkas produksinya. Kira-kira kalau naik gradient-nya enggak langsung tinggi. Tidak jauh dari USD50-USD55. Kecuali ada gejolak luar biasa seperti perang itu bisa jadi naik luar biasa,” katanya di kantor Chevron, Jakarta, Selasa (16/5/2017).

Menurutnya, hal ini lantaran dunia telah mengalami kelebihan pasokan sejak lama. Bahkan, pasokan minyak dunia saat ini telah melebihi permintaan yang ada. “Jadi, harga minyak masih akan bertahan rendah dalam jangka waktu cukup lama,” tutur dia.

Meskipun OPEC bukan satu-satunya penentu kenaikan harga minyak dunia, namun perangai organisasi tersebut tetap memiliki pengaruh signifikan mengingat OPEC menguasai 30% produksi minyak dunia.

Sayangnya, perilaku negara-negara anggota OPEC selama ini selalu memproduksi minyak melebihi dari permintaan. Sehingga, implikasinya membuat harga minyak dunia tidak bisa naik secara signifikan.

“Kalau dia berbaik hati mau turunkan produksinya, mungkin harga minyak naik. Tapi dia enggak mau kalau harga minyak dunia terlalu tinggi. Jadi sekarang politis saja, hanya menjaga balance saja. Itu sebabnya kenapa mereka akan selalu memberikan sinyal kepada pasar harga di kisaran yang mereka kehendaki,” tutur dia.

Akibatnya, tambah Pri Agung, investasi di sektor hulu migas dunia pun mengalami kemerosotan cukup dalam. Bahkan, saat ini investasi di sektor tersebut hanya sekitar USD11 miliar.

“Implikasinya, sejak 2014 investasi di semua negara turun, Indonesia juga turun. 2016 hanya USD11 miliar investasi hulu migas, sebelumnya USD15-USD20 miliar. Ini faktor sangat signifikan,” terangnya.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments