Monday, October 14, 2024
HomeReforminer di Media2019Begini Dampak Serangan Drone di Arab ke Sektor Migas RI

Begini Dampak Serangan Drone di Arab ke Sektor Migas RI

CNBC Indonesia, 17 September 2019.

 

Jakarta, CNBC Indonesia – Sekitar 10 drone menyerang salah satu ladang minyak terbesar Arab Saudi di Hijra Khurais dan fasilitas pemrosesan minyak mentah di dunia di Abqaiq. Serangan dilakukan Sabtu pagi sekitar pukul 04.00 waktu setempat.

Akibatnya, ekspor dari perusahaan minyak raksasa terbesar di dunia ini pun terganggu. Termasuk ekspor ke Indonesia.

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan Indonesia mengimpor setidaknya 110 ribu barel per hari dari sana.

Namun, menurut pengamat energi Pri Agung Rakhmanto dampak serangan drone tersebut tentu di jangka pendek, harga minyak naik 10-15% secara langsung.

“ICP juga otomatis ikut terkerek naik. Perlu dipantau kejadian dan respon lanjutannya apa dari negara-negara produsen dan konsumen minyak utama dunia seperti AS, China, Timur Tengah,” kata Pri saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (17/9/2019).

Lebih lanjut, ia mengatakan, jika dilihat secara ekonomi, peluang harga untuk terus naik sesungguhnya kecil karena kondisi ketidakpastian ekonomi global yang juga cenderung melambat. Artinya, apabilai kemudian serangan drone ini berhenti, harga tidak akan naik terus, akan kembali lagi ke level US$ 55-60 per barel saja.

“Tapi, itu semua tergantung respon. Kalau kejadian ini direspon atau berlanjut dengan ketegangan geopolitik, baru harga akan naik lagi, bisa menembus US$ 70 per barel. Jadi ini tergantung bagaimana nanti Opec merespon, AS bereaksi, Iran & Saudi bereaksi dan seterusnya,” jelas Pri.

“Sehingga, dalam hubungan dengan Indonesia, menurut saya belum akan ada perubahan atau impak yang signifikan,” pungkasnya.

Adapun, ditemui di kesempatan terpisah, Djoko Siswanto mengakui, pada hari ini harga minyak mengalami kenaikan ke level US$ 67,83 per barel, dari posisi kemarin, di US$ 67,10.

“Iya naik, tapi tidak sampai satu dolar kan,” kata Djoko di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Menurut Djoko, kenaikan harga minyak dunia tersebut masih dalam kondisi aman terhadap pembentukan harga BBM. Pasalnya, harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) masih di bawah harga Brent. Sehingga, menurutnya masih ekonomis.

Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk perkiraan ICP pada Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2020 dipatok sebesar US$ 63 per barel, besaran ICP tersebut disepakati mendekati level harga minyak mentah brent saat ini.

“Nah ini kan kira-kira kalau ICP-nya kan berarti kurang lima, US$ 67 kurang US$ 5, jadi US$ 62,83, nah kemarin kita kan patoknya US$ 63 untuk 2020, jadi masih oke kok,” pungkas Djoko.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments