Media Indonesia,10 Januari 2011
JAKARTA–MICOM: Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai, peningkatan produksi minyak bergantung pada temuan cadangan berskala besar.
“Kalau tidak ada temuan cadangan besar, maka produksi minyak bakal di sekitar angka saat ini yakni 950.000-960.000 barel per hari,” katanya di Jakarta, Senin (10/1).
Bahkan, ia menyangsikan, target produksi minyak yang ditetapkan APBN 2011 sebanyak 970.000 barel bakal tercapai. “Butuh upaya keras,” tambahnya.
Menurut dia, produksi minyak baru akan mengalami kenaikan cukup signifikan setelah Blok Cepu mulai berproduksi.
Blok yang terletak di perbatasan Jatim dan Jateng tersebut ditargetkan mulai berproduksi secara penuh setelah 2013 dengan tingkat produksi sekitar 165.000 barel per hari.
“Namun, setelah produksinya naik, akan kembali turun, kalau tidak ditemukan lagi big fish atau cadangan besar,” ujarnya.Karenanya, Pri Agung meminta, pemerintah berupaya keras agar menemukan lapangan dengan cadangan besar dalam lima tahun ke depan.
Dengan demikian, lanjutnya, setelah Blok Cepu berproduksi, Indonesia memiliki harapan meningkatkan produksi lagi.
“Selain pembenahan industri migas, kita mesti mengawal agar pemerintah fokus meningkatkan produksi dengan menemukan cadangan besar dalam lima tahun ke depan,” katanya.
Menurut dia, peningkatan produksi menjadi penting, selain menjamin pasokan, juga mengamankan penerimaan negara. “Hal-hal yang mengganggu iklim investasi migas, mesti dihilangkan,” ujar Pri Agung.
Dirut PT Medco E&P Indonesia Budi Basuki mengatakan, perlu perubahan pola pikir dari sebelumnya hanya melihat komoditas minyak bumi, menjadi energi keseluruhan seperti gas dan batu bara.
“Mesti dilihat sisi penerimaannya. Apakah berasal dari minyak atau gas, asalkan penerimaan tercapai,” katanya.
Menurut dia, potensi batu bara muda seperti di Sumatra Selatan juga merupakan sumber daya yang mesti dikembangkan dengan maksimal. (Ant/OL-9)
Kompas,5 Januari 2011 Jakarta, Kompas – Pemerintah tak akan menaikkan harga bahan bakar minyak tahun 2011 meski harga minyak mentah melonjak ke level 100 dollar AS per barrel.
Kenaikan harga BBM secara menyeluruh, menurut Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, hanya akan mempersulit kondisi masyarakat miskin.
Kebijakan terkait BBM bukan hanya mempertimbangkan kesehatan anggaran, tetapi juga keadilan. Saya tak akan menaikkan harga BBM karena hanya menekan rakyat miskin, ujar Hatta di Jakarta, Selasa (4/1).
Namun, menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto, APBN 2011 maksimal hanya bisa bertahan di rata-rata harga jual minyak mentah Indonesia (ICP) 85 dollar AS per barrel atau pada harga minyak dunia 88-90 dollar AS per barrel.
Itu dengan asumsi target produksi minyak siap jual (lifting) 970.000 barrel minyak per hari terpenuhi, subsidi listrik tidak membengkak, dan pembatasan BBM bersubsidi menghemat keuangan negara Rp 3,3 triliun.
Pri Agung menjelaskan, setiap kenaikan harga minyak satu dollar AS per barrel di atas asumsi akan menambah defisit anggaran Rp 550 miliar. Jika ICP 90 dollar AS per barrel, defisit bertambah 10 kali Rp 550 miliar. Kemungkinan ICP sampai kuartal I-2011 di kisaran 90-95 dollar AS per barrel, ujarnya.
Dengan tren harga minyak dunia yang terus naik, lanjutnya, sulit mempertahankan harga BBM bersubsidi seperti sekarang, kecuali pemerintah mengubah asumsi APBN atau menjadi keputusan politis.Hal itu misalnya ICP diubah jadi 90 dollar AS per barrel. Karena itu, pemerintah secara politis berkomitmen minimal ICP sampai angka itu tak ada kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, pemerintah tak perlu terburu-buru menaikkan angka asumsi.
Sebab, titik kritisnya Maret. Saat itu ada pertemuan negara anggota OPEC. Jika OPEC tidak menambah kuota produksi minyak mentah, harga minyak dunia akan lebih tinggi. Saat bersamaan, Pemerintah Indonesia akan menerapkan pembatasan BBM bersubsidi, ujarnya. (OIN/EVY)