Thursday, November 14, 2024
HomeReforminer di Media2011Target Produksi Minyak Tidak Realistis

Target Produksi Minyak Tidak Realistis

KOMPAS.com17 Desember 2011

JAKARTA- Kegagalan pencapaian target produksi minyak nasional sudah diprediksi sejumlah kalangan sejak awal. Hal ini disebabkan penetapan target produksi itu tidak realistis dan tanpa mempertimbangkan kondisi di lapangan.

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi (ReforMiner Institute) Pri Agung Rakhmanto menyampaikan hal itu, Sabtu (17/12/2011), di Jakarta.

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas, R Priyono, dalam paparannya, menyatakan, produksi minyak nasional tahun ini 903.441 barrel per hari. Ini berarti di bawah target produksi dan lifting (produksi siap jual) minyak dalam APBN Perubahan 2011 yang sebesar 945.000 barrel per hari.

Secara keseluruhan, produksi migas nasional tahun ini mencapai 2,4 juta barrel setara minyak per hari, terdiri dari produksi minyak 903.441 barrel per hari dan produksi gas 1,5 juta barrel setara minyak.

Pencapaian ini hampir setara tahun 2010 di mana produksi migas 2,5 juta barrel setara minyak per hari. Angka itu, terdiri dari produksi minyak 944.898 barrel per hari dan produksi gas 1,58 juta barrel setara minyak per hari.

Pri Agung menyatakan, target produksi minyak nasional dalam APBN Perubahan 2011 sebesar 945.000 barrel per hari dinilai tidak realistis. Hal ini mengakibatkan realisasi produksi minyak nasional tahun ini jauh di bawah target yang ditetapkan.

“Sejak awal sudah sangat sering kami sampaikan, target yang ada memang tidak realistis,” kata Pri Agung.

Unplanned shutdown atau penghentian operasi tidak terencana tidak bisa dijadikan alasan tidak tercapainya target produksi minyak tersebut. Pemerintah semestinya bisa membuat target, rencana dan eksekusi program lebih baik. Hal ini berdasarkan kondisi produksi mayoritas bergantung pada lapangan yang sudah tua (mature) dan kendala-kendala non teknis yang juga sudah berulang dari tahun ke tahun.

Kegagalan pencapaian target lifting (produksi minyak siap jual) yang kesekian kali ini menggambarkan tidak adanya perubahan visi dan perbaikan cara pengelolaan hulu migas pemerintah. Ke depan, dengan kondisi lapangan yang sudah tua, maka fokus dan target pemerintah sebaiknya jangan lagi pada angka lifting minyak, tetapi lebih pada status cadangan migas yang ada.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Recent Comments