Kompas, Jumat, 12 Maret 2010
Jakarta, Pada tahun ini pemerintah berjanji tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak. Syaratnya, asumsi harga jual minyak, nilai tukar rupiah, dan volume konsumsi BBM sesuai dengan rencana dalam Rancangan APBN Perubahan atau RAPBN-P 2010. Namun, pemerintah mengusulkan agar harga BBM dapat dinaikkan jika harga jual minyak mentah Indonesia melonjak 10 persen dari asumsi dalam APBN-P 2010, yakni 77 dollar AS per barrel. Sepanjang semua asumsi itu berjalan, BBM tidak akan naik. Jadi, masyarakat harap tetap tenang dan saya akan mengelola APBN secara prudent (hati-hati), ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Kamis (11/3).
Dalam Rancangan Undang-Undang APBN-P 2010 disebutkan adanya perubahan Pasal 7 Ayat 3, yakni dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) dalam satu tahun melonjak lebih dari 10 persen dari harga yang diasumsikan APBN-P 2010, pemerintah diberi kewenangan untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi. Ini artinya, batas atas ICP yang memungkinkan harga BBM tidak naik adalah 84,7 dollar AS per barrel.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu juga menyatakan bahwa APBN 2010 diperkirakan akan tetap aman hingga harga minyak mentah Indonesia naik ke level 85 dollar AS per barrel. Jika rata-rata harga jual minyak mentah Indonesia atau ICP lebih tinggi 1 dollar AS per barrel dari angka yang diasumsikan, tambahan defisit pada APBN 2010 diperkirakan akan berada pada kisaran Rp 0 triliun hingga Rp 0,1 triliun. Dengan demikian, jika ICP bertahan pada level 85 dollar AS per barrel sepanjang tahun 2010, defisit APBN 2010 akan melonjak sekitar Rp 1,5 triliun. Belum pasti Direktur Eksekutif Institute Reforminer (Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi) Priagung Rahmanto mengatakan, kemungkinan naiknya harga minyak ke level 85 dollar AS per barrel masih belum pasti. Di satu sisi, harga minyak cenderung naik karena pulihnya perekonomian dunia.
Namun, di sisi lain, secara fundamental, hal itu tidak akan menyebabkan kurangnya pasokan karena kapasitas OPEC masih besar, yakni sekitar 4-6 juta barrel per hari. Cadangan OPEC itu sewaktu-waktu akan dilepas ke pasar sehingga, kalaupun ekonomi global pulih, kenaikan harganya tidak akan terlalu jauh dari kisaran 80-85 dollar AS per barrel. Masih bergantung pada respons OPEC juga nantinya, ujarnya. Sementara itu, ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan, melihat kecenderungan harga minyak dalam puluhan tahun terakhir, harga minyak akan bergerak di kisaran 60-80 dollar AS per barrel. (OIN)