KOMPAS: 18 Maret 2017
JAKARTA, KOMPAS Pemerintah memutuskan tidak akan mengubah harga premium dan solar bersubsidi pada 1 April 2017. Harga premium tetap Rp 6.450 per liter dan solar bersubsidi Rp 5.150 per liter. Evaluasi harga premium dan solar bersubsidi dilakukan setiap tiga bulan.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, sisa laba penjualan bahan bakar minyak (BBM) tahun lalu yang sebesar Rp 1,8 triliun menjadi alasan pemerintah untuk tidak menaikkan harga premium dan solar bersubsidi. Namun, perkembangan harga minyak dunia akan terus dipantau. Dengan demikian, harga premium dan solar bersubsidi tidak berubah sampai 30 Juni 2017.
Masih aman karena ada sisa laba tahun lalu. Tak perlu dinaikkan, ujar Jonan, Jumat (17/3), di Jakarta, saat ditanya tentang perlu tidaknya harga premium dan solar dinaikkan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan, tahun lalu defisit penjualan premium mencapai Rp 967 miliar. Hal itu disebabkan harga premium yang dijual ke masyarakat di bawah harga keekonomian. Sementara penjualan solar bersubsidi menyisakan laba Rp 2,849 triliun.
Jadi, apabila diakumulasikan, masih ada sisa laba penjualan BBM sekitar Rp 1,8 triliun, kata Wiratmaja.
Berdasarkan perhitungan pemerintah mengacu pada rata-rata harga minyak dunia saat ini, penjualan premium periode Januari sampai Maret 2017 berpotensi defisit Rp 601 miliar. Adapun penjualan solar bersubsidi pada periode yang sama berpotensi defisit Rp 3,455 triliun. Acuan harga minyak dunia yang digunakan pemerintah berada di kisaran 50-60 dollar Amerika Serikat per barrel.
Yang patut diwaspadai adalah apabila selisih harga solar bersubsidi dengan solar nonsubsidi makin lebar, hal itu bisa memperbesar potensi penyelundupan solar, yaitu solar bersubsidi dijual untuk kebutuhan industri yang seharusnya memakai solar nonsubsidi, tutur Wiratmaja.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, kendati ada kecenderungan harga minyak dunia naik, besarannya tak terlalu signifikan. Apalagi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam beberapa waktu terakhir relatif stabil. Dengan asumsi tersebut, potensi kenaikan harga BBM cukup kecil.
Jika memang harus dinaikkan karena harga minyak dunia sedang naik, kenaikan itu sebaiknya bisa didistribusikan waktunya atau tidak dilakukan dalam waktu dekat, kata Komaidi.
Komaidi menjelaskan, yang dimaksud mendistribusikan waktu kenaikan adalah pemerintah tidak menaikkan harga BBM dalam waktu dekat. Pasalnya, masyarakat atau konsumen sudah didera kenaikan tarif listrik dan harga cabai. Apabila harga BBM dinaikkan dalam waktu dekat, beban masyarakat semakin berat.
Mengacu pada laman Bloomberg Jumat sore, harga minyak jenis Brent dipatok 51,73 dollar AS per barrel dan WTI 48,81 dollar AS per barrel. Harga tersebut tidak jauh berbeda pada periode yang sama tahun lalu, ketika pemerintah menurunkan harga premium dan solar per 1 April 2016. Saat itu, harga premium turun dari Rp 6.950 menjadi Rp 6.450 per liter, sedangkan harga solar turun dari Rp 5.650 menjadi Rp 5.150 per liter.
Tren harga naik
Sementara itu, dalam catatan Tim Harga Minyak Indonesia Kementerian ESDM, harga minyak Indonesia (ICP) pada Februari 2017 naik 0,62 dollar AS per barrel dibandingkan dengan Januari 2017. Maka, dibandingkan dengan triwulan IV-2016, tren ICP meningkat terutama jika dikaitkan dengan kebijakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas produksi minyak anggotanya.
Kenaikan ICP tersebut seiring dengan kenaikan harga minyak dunia yang juga dijadikan patokan, di mana pada periode yang sama Brent naik dari 55,45 dollar AS per barrel menjadi 56 dollar AS per barrel dan WTI naik dari 52,61 dollar AS per barrel menjadi 53,46 dollar AS per barrel. Harga patokan OPEC juga naik dari 52,4 dollar AS per barrel menjadi 53,37 dollar AS per barrel.
Sementara itu, Pertamina menaikkan harga BBM jenis pertamax, pertalite, dan dexlite masing-masing Rp 300 per liter sejak Januari 2017. Hal itu sebagai dampak kenaikan harga minyak dunia akhir-akhir ini.