TEMPO Interaktif, Rabu, 22 Juli 2009
Jakarta – Rencana produksi awal Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur, pada Agustus mendatang dipastikan molor. Dampaknya, target produksi minyak nasional sebesar 960 ribu barel per hari bakal gagal.
Pengamat perminyakan, Kurtubi, menyayangkan kegagalan rencana produksi Cepu pada bulan depan. “Cepu diharapkan mampu menambah produksi minyak yang sudah rendah pada tahun ini,” ujarnya kepada Tempo, Selasa (21/7).
Saat ini rata-rata produksi minyak nasional sebesar 952 barel per hari dari target 960 ribu barel. Menurut Kurtubi, pada saat Purnomo Yusgiantoro menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2000, rata-rata produksi minyak sekitar 1,5 juta barel per hari. “Tapi menjelang berakhirnya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009, produksi minyak di bawah satu juta barel per hari,” katanya. Awalnya, Blok Cepu ditargetkan berproduksi 20 ribu barel per hari pada Desember 2008. Namun, karena persoalan pembebasan lahan, target tersebut diundurkan menjadi April 2009. Sayangnya, target itu diubah kembali menjadi Agustus 2009.
Kurtubi mengatakan kegagalan memenuhi target produksi minyak nasional karena tidak adanya temuan baru sejak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. “Padahal cadangan minyak sangat besar,” ujarnya. Dia menambahkan, manajemen minyak nasional pada pemerintahan mendatang harus segera dibenahi.
Direktur Eksekutif Reform-Miner Institut Pri Agung Rakhmanto menyatakan kegagalan produksi Cepu pada Agustus mendatang karena ada masalah pada kilang. “Saya dapat kabar ada masalah pada pembangunan kilangnya,” ujarnya. Menurut dia, saat ini pembangunan pipa sudah selesai. Kilang tersebut, kata Pri, dibuat di luar negeri dan berbentuk kilang apung.
Dia melanjutkan, keterlambatan produksi terus terjadi karena pemerintah tidak pernah terbuka soal situasi yang terjadi sebenarnya di blok itu. Selain itu, pemerintah tidak melakukan perencanaan yang baik di blok itu. Akibatnya, keputusan melakukan produksi awal tahun ini hanya karena dorongan politis semata. “Kalau memang tidak bisa, jangan dipaksakan,” katanya.
Direktur Operasi Pertamina EP Cepu Kunto Wibisono mengatakan pembangunan pipa dari lapangan Banyu Urip ke fasilitas penyimpanan Lapangan Mudi milik PetroChina sudah selesai. “Tapi kalau soal pembangunan pipa dari kepala sumur ke Banyu Urip itu urusan ExxonMobil,” katanya. “Saya tidak berhak kasih komentar.” Kunto mengatakan soal target produksi awal Blok Cepu sangat bergantung pada pekerjaan ExxonMobil tersebut. “Lebih baik tanya saja ke mereka (ExxonMobil),” ujar Kunto.
Kepala Badan Pengatur Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi R. Priyono dan juru bicara ExxonMobil Indonesia, Maman Budiman, tidak bisa dimintai komentarnya soal keterlambatan ini. Pesan singkat dan telepon dari Tempo tidak dibalas ataupun diangkat.