InvestorDaily, 07 Februari 2023
Penulis: Komaidi Notonegoro
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute dan Pengajar Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Trisakti
Dalam beberapa tahun terakhir, anggaran subsidi LPG tercatat sebagai salah satu komponen terbesar dalam komposisi subsidi energi. Untuk APBN 2023 misalnya, anggaran subsidi LPG ditetapkan sebesar Rp 117,40 triliun atau setara dengan 55,73 % dari total subsidi energi. Dalam APBN 2023 subsidi energi dialokasikan untuk tiga komponen yaitu subsidi BBM, subsidi LPG, dan subsidi listrik.
Alokasi anggaran untuk subsidi LPG juga tercatat terus meningkat. Realisasi subsidi LPG pada tahun anggaran 2021 dilaporkan sebesar Rp 67,62 triliun, lebih besar dari alokasi APBN 2021 yang ditetapkan Rp 49,90 triliun. Pada APBNP 2022 alokasi subsidi LPG ditambah menjadi Rp 134,70 triliun dari sebelumnya Rp 66,30 triliun pada APBN 2022.
Selain memberikan konsekuensi terhadap aspek fiskal, peningkatan konsumsi LPG Indonesia juga memberikan konsekuensi terhadap aspek moneter. Hal itu karena sekitar 75 % kebutuhan LPG untuk domestik masih harus dipenuhi dari impor. Porsi subsidi LPG yang besar karena alokasi tersebut merupakan konversi dari anggaran subsidi sekitar 12 juta kilo liter minyak tanah.
Manfaat ekonomi pemanfaatan gas bumi
Pertimbangan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG pada saat itu adalah karena terdapat penghematan anggaran subsidi yang diperoleh. Penghematan diperoleh karena alokasi anggaran yang diperlukan untuk memberikan subsidi LPG dalam satuan energi yang sama lebih rendah dibandingkan anggaran yang diperlukan untuk memberikan subsidi kepada minyak tanah.
Jika ditinjau dari aspek fiskal, sampai saat ini basis kebijakan konversi minyak tanah ke LPG tersebut masih relevan. Anggaran yang harus dialokasikan untuk subsidi LPG masih tetap lebih rendah dibandingkan jika pemerintah harus memberikan subsidi untuk minyak tanah. Namun, kondisi keseimbangan neraca LPG dalam negeri menyebabkan kebutuhan anggaran subsidi LPG akan semakin meningkat dan berpotensi menjadi permasalahan fiskal dalam jangka panjang.
Untuk tahun 2021 misalnya, realisasi konsumsi LPG Indonesia dilaporkan sebesar 8,55 juta ton. Dari jumlah tersebut sekitar 6,33 juta ton atau 74 % diantaranya dipenuhi dari impor. Realisasi produksi LPG domestik pada tahun yang sama dilaporkan hanya sekitar 2,22 juta ton atau baru sekitar 26 % dari total konsumsi dalam negeri. Data juga menunjukkan impor LPG Indonesia rata-rata meningkat sekitar 4,8 % per tahun.
Jika ditinjau dari sejumlah aspek, pemanfaatan gas bumi untuk konversi LPG berpotensi memberikan sejumlah dampak positif. Pemanfaatan gas bumi untuk menggantikan konsumsi LPG berpotensi memberikan manfaat positif baik untuk aspek fiskal, moneter, daya beli masyarakat, dan keberlanjutan pasokan energi itu sendiri.
Dari aspek fiskal, sejumlah kajian menemukan bahwa harga keekonomian gas bumi lebih terjangkau apabila dibandingkan dengan LPG Non Subsidi. Jika mengacu pada ketetapan BPH Migas di sejumlah lokasi, harga gas bumi tercatat lebih rendah sekitar 30 % dibandingkan dengan harga LPG Non Subsidi.
Berdasarkan informasi tersebut, jelas bahwa pemanfaatan gas bumi akan menurunkan beban subsidi di APBN dan secara paralel dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Sebagai gambaran, jika selama ini harga LPG Subsidi ditetapkan sekitar 30 % lebih murah dibandingkan LPG Non Subsidi, maka pemanfaatan gas bumi untuk konversi LPG seluruhnya secara otomatis akan menghilangkan kebutuhan anggaran untuk subsidi LPG di APBN.
Selain berpotensi dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kebutuhan anggaran untuk subsidi LPG, pemanfaatan gas bumi juga akan meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya yang selama ini menggunakan LPG Non Subsidi. Dengan memanfaatkan gas bumi, masyarakat pengguna LPG Non Subsidi akan mendapatkan harga 30 % lebih murah untuk setiap satuan energi yang sama.
Dari aspek moneter, dengan volume impor LPG pada tahun 2021 tersebut kebutuhan devisa untuk impor LPG Indonesia mencapai sekitar 4,45 miliar USD per tahun. Dengan jumlah penduduk dan ekonomi yang terus meningkat, konsumsi LPG juga berpotensi akan terus meningkat. Artinya, kebutuhan devisa impor LPG akan meningkat. Melalui pemanfaatan gas bumi untuk konversi LPG, kebutuhan devisa impor tersebut dapat dihemat atau bahkan ditiadakan.
Untuk aspek keberlanjutan pasokan, jelas bahwa pemanfaatan gas bumi akan lebih memberikan jaminan keamanan pasokan dibandingkan LPG. Indonesia memiliki cadangan gas bumi yang cukup bahkan untuk puluhan tahun ke depan tanpa harus bergantung pada impor. Kegiatan usaha hulu migas yang dalam beberapa tahun terakhir dilaporkan menemukan cadangan gas dalam jumlah signifikan semakin memperkuat bahwa pemanfaatan gas bumi untuk konversi LPG berpotensi memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas lagi.
Dari perspektif makro ekonomi, pemanfaatan gas bumi untuk menggantikan LPG berpotensi menciptakan nilai tambah ekonomi yang lebih besar. Dari aspek kegiatan usaha gas bumi, kebijakan tersebut berpotensi menambah manfaat ekonomi dari bertambahnya investasi pada kegiatan usaha hulu gas, hilir gas, termasuk investasi untuk penyediaan jaringan infrastruktur transmisi dan distribusi gas.
Peningkatan daya beli masyarakat akibat harga gas bumi yang lebih murah jika dibandingkan LPG juga akan memberikan manfaat positif terhadap perekonomian Indonesia. Peningkatan daya beli masyarakat tersebut berpotensi meningkatkan konsumsi dan memberikan manfaat positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Hal tersebut terkait dengan sekitar 55 % PDB Indonesia dikontribusikan dari konsumsi masyarakat.
Dalam jangka menengah dan panjang, peningkatan pemanfaatan gas bumi berpotensi memberikan dampak positif terhadap kesehatan APBN. Berkurangnya atau bahkan hilangnya kebutuhan alokasi anggaran untuk subsidi LPG dapat meningkatkan ruang gerak APBN dalam membiayai belanja yang lebih produktif. Sejumlah data dan informasi yang tersebut menegaskan bahwa secara keseluruhan dan ditinjau dari sejumlah aspek, pemanfaatan gas bumi untuk menggantikan penggunaan LPG berpotensi menciptakan manfaat ekonomi yang lebih besar.