Pri Agung Rakhmanto, PhD.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan Energi (ReforMiner Institute)
Koran Sindo, 27 Desember 2009
Memprediksikan harga minyak secara tepat tentu bukan hal yang mudah. Apalagi di tengah tatanan sistem ekonomi global yang sudah sedemikian terintegrasi dengan dinamika, mobilitas, dan informasi yang begitu tinggi.
Bahkan sejatinya, memprediksi harga sangat sulit karena di tingkat global pasar minyak tidak (lagi) berdiri sendiri, melainkan sangat terkait erat dan saling memengaruhi dengan pasar keuangan dan pasar komoditas lainnya. Pasar minyak yang menjualbelikan minyak secara fisik saat ini juga sulit diidentifikasi dan dipetakan secara pasti.
Ini karena yang lebih banyak menjadi acuan justru adalah pasar bursa komoditas yang hanya memperdagangkan suratsurat kontrak jual beli minyaknya. Harga minyak oleh karenanya detik demi detik dapat terus bergerak dan berubah-ubah.Kondisi ini sejalan dengan aktivitas perdagangan surat-surat kontrak jual-beli minyak yang dapat dengan mudah berpindah tangan dalam sekejap, bergantung pada arah dan arus uang yang berputar di dalamnya yang digerakkan beragam variabel dan arus informasi yang memengaruhinya.
Terkait dengan beragam variabel dan informasi yang berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak,secara garis besar meskipun tidak baku dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Pertama, variabel dan informasi yang sifatnya lebih permanen karena lebih terkait secara langsung dengan kondisi permintaan dan penawaran minyak secara fisik (sering disebut sebagai faktor fundamental).
Kedua, variabel dan informasi yang sifatnya lebih temporer karena cenderung tidak terkait secara langsung dengan kondisi permintaan dan penawaran minyak secara fisik tetapi lebih hanya pada perdagangan surat-surat berharganya saja. Oleh karena itu, hal ini sering disebut sebagai faktor nonfundamental.
Atas dasar faktor fundamental dan non-fundamental inilah analisis, pendekatan, dan prediksi mengenai harga minyak dan pergerakannya dilakukan. Dalam konteks analisis harga minyak untuk tahun 2010 beberapa hal yang patut dicatat dalam hal faktor fundamental dan non-fundamentalnya adalah sebagai berikut.
Faktor Fundamental
Dari sisi penawaran (supply), kapasitas produksi dunia dalam menghasilkan minyak mentah dan produk kilang sesungguhnya mencapai 89 juta barel per hari.Hal ini jauh melebihi permintaannya (demand) yang diperkirakan hanya akan ada di kisaran 83 – 84 juta barel per hari.Namun,dalam hal ini tidak terdapat kelebihan pasokan (over supply) karena sejak akhir awal 2009 lalu sejalan dengan terjadinya krisis ekonomi global OPEC telah memangkas produksinya sekitar 4 juta barel per hari, yakni dari kisaran 36 ke 32 juta barel per hari.
Pemotongan produksi OPEC ini tidak saja merupakan faktor fundamental yang membuat harga minyak kembali berada di kisaran USD60-80 per barel, setelah sebelumnya sempat terpuruk hingga mendekati USD30 per barel di akhir 2008.Tetapi,merupakan faktor yang membuat OPEC saat ini memiliki spare capacity hingga 6 juta barel per hari. Dengan spare capacity sebesar ini, OPEC pada 2010 jelas masih sangat berpotensi untuk menjadi salah satu pengendali utama harga minyak.
Dengan spare capacity sebesar itu pula,pada 2010 hampir dapat dipastikan tak akan terjadi kekurangan pasokan (shortage) minyak secara fisik karena naiknya permintaan minyak secara fisik akan relatif dapat dengan mudah dipenuhi dengan segera. Demikan pula ketika ekonomi dunia akan semakin pulih, dan katakanlah China dan India yang haus akan minyak terus menambah konsumsinya.
Penambahan permintaan minyak dunia secara fisik diperkirakan tidak akan melebihi 2 juta barel per hari.Estimasi pertumbuhan ekonomi dunia yang akan membaik dari minus 1,2% pada 2009 menjadi 2,7% pada tahun depan. Bahkan, oleh OPEC sendiri diprediksikan hanya akan meningkatkan permintaan minyak tak lebih dari 1 juta barel per hari.
Jadi dalam hal ini, secara fundamental sebenarnya tak ada yang perlu dikhawatirkan bahwa di tahun 2010 bakal terjadi lonjakan permintaan minyak dunia yang akan mendorong harga minyak melonjak dan stabil di level tinggi, katakanlah di atas USD100 per barel. Jika tidak terjadi hal-hal yang luar biasa, misalnya tiba-tiba OPEC berulah memotong kembali produksinya atau ketegangan geopolitik terkait nuklir Iran berujung pada perang, maka keseimbangan harga akan cenderung berada pada kisaran USD70-80 per barel (sekitar USD10 lebih tinggi dibandingkan tingkat keseimbangan harga di tahun 2009).
Argumen lain yang memperkuat perkiraan ini adalah bahwa tingkat harga dalam rentang USD70-80 per barel ini juga merupakan tingkat harga di mana baik produsen maupun konsumen minyak sama-sama merasa nyamana Produsen, sebagaimana OPEC, berpandangan, tingkat harga itu cukup kondusif untuk investasi eksplorasi dan produksi.
Pada tingkat harga itu juga tidak membuka peluang yang terlalu lebar bagi masuknya energi alternatif non-minyak yang dapat mengganggua bisnis minyak. Sementara konsumen, sebagaimana AS, negara-negara Eropa Barat, China,India,(dan juga Indonesia), tampaknya juga merasa bahwa tingkat harga itu masih relatif terjangkau.
Faktor Non-fundamental
Dari sekian banyak faktor nonfundamental yang ada, ada tiga faktor utama yang akan memengaruhi harga minyak dunia. Pertama, perubahan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lain, seperti yen dan euro.Kedua, informasi reguler menyangkut data konsumsi dan stok minyak AS. Ketiga, faktor pergantian musim.
Ketiganya akan secara periodik menggerakkan para pelaku ekonomi di pasar komoditas memainkan peranannya melalui aksi jual beli surat-surat kontrak berjangka minyak yang akan menyebabkan fluktuasi harga minyak di tahun 2010. Ketiga faktor tersebut pada dasarnya terkait dengan faktor yang lebih mendasar, yaitu menyangkut pemulihan ekonomi AS dan negara-negara maju lainnya.
Dalam hal ini, meskipun pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan sudah akan mulai pulih dengan angka pertumbuhan hingga 2,7% di tahun 2010 namun ekonomi negara-negara maju seperti AS dan Eropa barat lainnya diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 0,5%. Artinya, fluktuasi yang terlalu tajam menyangkut pergerakan nilai tukar dolar AS,data konsumsi dan stok minyak AS, dan stok dan konsumsi minyak negara-negara maju lainnya terkait pergantian musim diperkirakan tidak akan terjadi. Perubahan dan fluktuasi menyangkut ketiga hal di atas tentu ada.
Namun, besarannya kemungkinan hanyalah akan memberi ruang yang relatif sempit bagi para pelaku pasar untuk hanya sekadar dapat melakukan aksi profit taking yang terkait dengan harga minyak.Fluktuasi atau spreaddari pergerakan harga minyak dalam rentang USD5-10 per barel adalah kisaran yang rasional ditinjau dari faktor-faktor fundamental yang ada.
Kondisi ini berbeda dengan tahun 2008 di mana aksi para pelaku ekonomi di pasar keuangan dan pasar komoditas ini bisa membuat permintaan semua minyak melonjak hingga enam kali lipat lebih dibandingkan permintaan minyak secara fisiknya di tahun 2010. Dengan masalah kekurangan likuiditas di pasar keuangan yang belum sepenuhnya pulih, peranan faktor non-fundamental, khususnya pergerakan di pasar keuangan dan pasar komoditas, tampaknya hanya akan terbatas pada menaikturunkan harga minyak dalam rentang amat terbatas tadi.
Dengan kata lain,di tahun 2010, faktor fundamentallah yang tampaknya akan lebih berperan dalam membawa harga minyak ke titik keseimbangannya di kisaran USD70 – 80 per barel.Tentu,itu jika tidak terjadi hal-hal yang luar biasa seperti perang ataupun terungkapnya skandal pasar keuangan dunia yang lebih parah lagi.